Showing posts with label personal. Show all posts
Showing posts with label personal. Show all posts

Thursday, November 12, 2015

Kapan mau punya anak lagi?

Belakangan ini saya mengalami yang biasa seorang ibu beranak 1 alami. 
Orang-orang di sekeliling mulai bertanya : 
"Afiqah umurnya berapa?" 
"Wah, mau 3 tahun ya?"
"Afiqah belum punya adik?"
"Afiqah udah cocok tuh buat punya Adik." 
"Kenapa nunda-nunda, sih?"
"Umur kamu jalan terus, loh. Emang mau punya anak di usia lanjut?"
dst.. dst...

Sudah siapkah punya anak lagi? Justru pertanyaan itu yang saya tanyakan pada diri saya, bahkan sebelum ada pertanyaan-pertanyaan di atas dari orang lain. Saya dan Ibas selalu sepakat soal jumlah dan kapan mau punya anak, alhamdulillah. Dulu menjelang menikah, kami sepakat tidak berusaha menunda punya anak. Alhamdulillah, Allah SWT langsung mempercayakan sebulan setelah kami menikah dan Afiqah lahir 38 minggu kemudian. :) Kehamilan pertama saya alhamdulillah tidak banyak drama, selain adanya miom jinak. Rasa mual saya rasakan hanya sebulan saat masuk minggu ke 8 - 12. Sempat khawatir ketika pada minggu ke 13, dokter menemukan adanya miom di dalam rahim saya. Kekhawatiran bertambah ketika bulan berikut miom membesar dengan cukup cepat. Namun, setelah mendapat dokter yang tepat (karena diagnosa dan saran-sarannya yang menenangkan), kehamilan pertama saya sangat menyenangkan. Kelahiran Afiqah pun tidak banyak drama. Karena adanya miom yang sangat besar (diameter 11 cm, berat 3 kg), keputusan caesar memang sudah kami persiapkan. Kelahiran Afiqah membawa kebahagiaan yang tak terkira buat saya dan Ibas. Intinya adalah saya tidak trauma untuk hamil dan melahirkan lagi, kalau tidak mengingat mahalnya biaya kedua operasi (bayi dan miom) saat itu. :P

"Semua anak khan punya rezeki masing-masing."

Betul sekali. Kami juga sangat percaya hal itu. Mana mungkin kami berani tidak percaya akan rezeki Allah SWT. Tapi kami juga percaya bahwa "tidak akan berubah suatu kaum sebelum mereka merubah diri mereka sendiri". Artinya kami juga cukup tahu diri untuk mengukur kemampuan kami. Buat kami seorang atau berapa orang anak, amanah yang luar biasa besar tanggung jawabnya. Kami tidak mau memberi rezeki seadanya bahkan kurang pada anak (-anak) kami. Rasanya kami akan sangat berdosa kalau membuat mereka kekurangan. Seorang anak tidak dapat memilih orang tua seperti apa, namun kami bisa memilih mau menjadi orang tua seperti apa untuk anak kami.

"Afiqah sudah 3 tahun, sudah cocok lah buat punya adik."

Alhamdulillah umur Afiqah sudah 3 tahun. Pada umumnya memang sudah cukup jarak usianya jika adiknya direncanakan lahir tahun depan. Namun, kami (khususnya saya) merasa belum cukup waktu saya menimang-nimang Afiqah. Waktu saya sehari-hari yang dipotong untuk bekerja di luar rumah, rasanya belum cukup banyak untuk Afiqah. Walaupun ketika weekend dan hari libur tiba, semua waktu saya untuk Afiqah dan keluarga. Saya merasa masih perlu waktu lebih banyak lagi untuk dapat lebih lengket dengan Afiqah, sebelum adiknya lahir. Karena saya juga paham bahwa ketika adiknya lahir, perhatian saya harus terbagi. Saya percaya kasih sayang seorang ibu akan sama rata untuk semua anak-anaknya. Namun, saya juga realistis, tentunya waktu akan lebih banyak ke anak yang lebih kecil karena belum mampu melakukan apapun sendiri. Harapan saya ketika Afiqah sudah cukup siap mental saat punya adik, dia akan lebih pengertian, atau bahkan mungkin sudah dapat membantu saya. Sehingga saya tidak terlalu lelah jasmani dan rohani yang dapat membuat saya khilaf berkata dengan nada tinggi ke Afiqah. Sekali lagi, saya menyadari kemampuan saya. Rasanya tidak sanggup bila nanti saya sedang mengurus adiknya, lalu Afiqah merengek minta diperhatikan juga. Tidak sanggup hati melihat Afiqah seolah merasa 'disingkirkan' dan saya akan merasa dilema.

"Umur kamu jalan terus, loh. Emang mau pas umur 40 tahun masih kejar-kejar anak balita?"

Kami (terutama saya) sangat paham tentang keadaan ini. Secara biologis, hamil dan melahirkan pada saat usia di atas 40 tahun memang lebih beresiko. Allah SWT Maha Penyayang. Saya yakin, umur berapa-pun nantinya saya memiliki anak, Allah pasti akan menjaga saya. Rencana kami memang akan kembali memiliki anak sebelum usia 40 tahun, semoga rencana Allah sama dengan kami. Amiin.

"Tambah anak sekarang saja. Mumpung kamu masih kuat cari duitnya dan mama kamu masih cukup kuat untuk jaga anak kamu".

Subhanallah memang kalau mendengar komentar yang ini. Seolah-olah saya sengaja meminta mama saya khusus untuk menjaga Afiqah. Demi Allah, itu tidak benar. Saat ini kalau boleh jujur, saya terpaksa meminta bantuan mama menjaga Afiqah. Kami sekeluarga sepakat untuk tidak mempercayakan Afiqah 100% kepada baby sitter.

Jadi, tanpa kalian tanya pun, saya sudah bertanya kok kepada diri saya kapan siap punya anak lagi.
Allah yang Maha Tahu apa yang baik untuk umatnya. Saya yakin. Bismillaahiraahmanirrahiim.

^_^

Sunday, July 21, 2013

Untuk memiliki rumah itu banyak pertimbangannya, ya?

Bermula dari melihat status salah satu teman yang menawarkan untuk membeli rumah melalui salah satu developer, saya jadi teringat akan keinginan saya (yang kini menjadi keinginan bersama Ibas) untuk memiliki paling tidak sebuah rumah sendiri. Rumah sendiri yang saya maksudkan di sini adalah rumah yang layak, bukan hanya sekedar bangunan dari bahan seadanya, memiliki kekuatan hukum yang kuat, dan atas nama saya. Saat ini memang kami sudah tinggal terpisah dari orang tua kami, namun masih mengontrak rumah orang lain. Karena hal itu adalah pilihan terbaik kami saat ini. Namun, secara realistis ternyata untuk dapat memiliki rumah yang diinginkan tidak semudah yang saya fikirkan. Berikut beberapa pertimbangan yang menurut saya lumayan (kalau tidak dapat dibilang sangat) mempengaruhi realisasi keinginan tersebut.


1. Harga tanah (dan rumah) dan kemampuan finansial 
Harga tanah dan rumah semakin hari akan semakin naik. Mengapa begitu? Kalau menurut analisa saya sebagai orang awam, itu karena semakin banyaknya permintaan rumah sebanding lurus dengan pertambahan jumlah penduduk di Jakarta ini. Namun keinginan memiliki rumah akan sangat sulit direalisasikan jika kemampuan finansial tidak memadai. Kemampuan finansial didapat dari pemasukan hasil wirausaha maupun gaji sebagai pegawai yang HARUS lebih besar daripada pengeluaran. Kemampuan finansial ini seolah berkejar-kejaran dengan harga rumah itu sendiri. Jika kita tidak berlari lebih kencang, atau meminta bantuan lain untuk mengejar, maka kita tidak akan dapat menangkap harga rumah yang kita inginkan. 

2. Jarak antara rumah dengan tempat kerja 
Untuk para pegawai (seperti yang saya jalani saat ini) yang bekerja di Jakarta, pertimbangan ini cukup penting. Mengapa? Waktu kerja umumnya menghabiskan waktu 9 jam sehari, yaitu dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 17 sore. Waktu tempuh dari rumah ke kantor dan dari kantor ke rumah yang wajar menurut saya tidak lebih dari 1 jam. Sehingga, kita harus berangkat paling tidak jam 7 pagi dari rumah dan akan sampai rumah jam 18 sore. Untuk mencapai suatu tempat di jakarta dari jarak yang dekat saja dapat menghabiskan waktu yang banyak karena macetnya, maka dapat dibayangkan jika jarak rumah cukup jauh dari kantor. Sangat mungkin terjadi kita harus berangkat dari pukul 5 pagi dan akan sampai di rumah pukul 20 malam. Jadi jam berapa kita harus bangun dan pergi tidur? Hanya berapa jam yang dapat kita nikmati untuk tidur ketika hari kerja? Hanya berapa jam yang dapat kita nikmati untuk bercengkerama dengan orang yang kita sayang ketika hari kerja? 

3. Jarak antara rumah dengan rumah orang tua 
Bagi kita yang tinggal 1 kota dengan orang tua, pertimbangan ini seringkali muncul ketika menentukan akan tinggal dimana, baik yang masih single maupun yang sudah berkeluarga. Buat saya yang belum lama berkeluarga, jujur ini penting ketika masih memiliki anak yang berusia di bawah 5 tahun. Setelah berkeluarga dan memiliki anak, saya masih ingin bekerja. Bukan karena saya ambisius terhadap karir. Namun, dengan bekerja saya dapat membantu Ibas untuk menambah pemasukan keluarga dan mewujudkan mimpi-mimpi kami kepada keluarga kami. Bekerja merupakan pilihan yang saya ambil saat ini, dan tentu ada konsekuensinya. Anak saya yang masih kecil tentu tidak dapat ditinggal di rumah sendirian, apalagi dibawa ke tempat saya bekerja. Saya juga termasuk yang kurang dapat percaya 100% kepada pengasuh, sekalipun ia tenaga profesional. Saya ingin menitipkan anak saya kepada orang yang dapat mencintainya paling tidak sebesar saya mencintainya, bukan hanya sekedar menjaga dan mengasuhnya. Maka pilihan saya jatuh kepada orang tua saya. Sungguh, bukan maksud saya untuk menyusahkan dan merepotkan kedua orang tua saya yang sudah tidak muda lagi. Tapi, saya sungguh hanya ingin mencari solusi terbaik bagi semuanya. Semoga pilihan saya diridhoi Allah SWT. Alhamdulillah, kedua orang tua saya setuju untuk membantu saya menjaga Afiqah.

4. Keamanan dan kenyamanan 
Keamanan rumah mungkin menjadi salah satu hal terpenting bagi semua orang. Baik memiliki rumah yang besar dan mewah, maupun yang yang memiliki rumah yang kecil dan sederhana. Kenyamanan juga pasti diinginkan semua orang. Seperti yang banyak orang katakan, "Home sweet home", atau "Rumahku adalah Istanaku". Kenyamanan yang didefinisikan oleh masing-masing orang memang dapat berbeda. Dalam definisi saya, kenyamanan dapat diartikan adanya kehangatan yang dirasakan semua orang yang tinggal bersama, dapat menjadi diri sendiri, tidak malu untuk memberikan kebaikan kepada satu sama lain. :) 

5. Jarak antara rumah dengan tempat-tempat fungsional (rumah sakit, pasar, sekolah anak) 
Selain poin nomor 2, poin ini juga merupakan salah satu pertimbangan yang banyak difikirkan oleh kebanyakan orang-orang yang sudah berkeluarga. Keluarga yang memang cukup sering memasak tentunya akan sangat senang jika rumahnya tak jauh dari pasar. Untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga mungkin memang dapat dibeli sekali seminggu ataupun sekali sebulan di supermarket yang agak jauh dari rumah. Namun, untuk membeli bahan makanan fresh, seperti ayam, ikan, daging, buah, dan sayur, tentunya lebih enak jika dibeli tak lama sebelum akan diolah, yaitu setiap pagi. Untuk orang-orang yang sudah memiliki anak, jarak antara rumah dan sekolah anak juga penting. Para orang tua tentu tidak ingin anak mereka terlambat sampai di sekolah. Mereka juga mungkin tidak tega untuk membangunkan anak mereka sangat pagi hanya karena sekolahnya jauh dari rumah. 

6. Jarak antara rumah dengan akses angkutan umum 
Tidak semua orang punya dan mampu punya kendaraan pribadi (materi baru nih :P). Sehingga angkutan umum adalah pilihan terbaik untuk membantu aktifitasnya. Apalagi saya, yang termasuk malas dan "agak" penakut untuk mengendarai kendaraan sendiri (apapun kendaraannya), lebih memilih naik angkutan umum. Kenapa? Karena naik angkutan umum itu dijamin tidak nyasar (asal tahu trayeknya saja), lebih enak untuk mengamati keadaan di sepanjang jalan (ini sih kebiasaan saya saja suka mengamati sesuatu hal atau bahkan sekedar membaca tulisan-tulisan yang terlihat). Nah, akses untuk mendapatkan angkutan umum dari rumahnya tentu adalah hal yang patut dipertimbangkan. Saya pernah ke rumah salah seorang kenalan yang berada di komplek mewah. Rumah dia itu terletak di ujung komplek tersebut. Oke, saya maklum jika mungkin tidak ada angkutan umum di dalam komplek rumahnya. Tapi ini lebih parah dari itu, tidak angkutan umum yang lewat di depan gerbang komplek rumahnya. Sejak saat itu, saya kapok main ke rumahnya, kecuali jika naik taxi atau diantar jemput ke tempat yang ada akses angkutan umumnya. :P 

7. Luas tanah dengan jumlah orang yang akan menempati 
Poin ini sebenarnya untuk mendukung poin kenyamanan yang ada di poin 4. Jika luas tanah / bangunan tidak mencukupi untuk orang-orang yang akan tinggal tentu tidak nyaman. Sebaliknya jika luas tanah / bangunan jauh melebihi kecukupan untuk jumlah orang yang akan menempati rumah tersebut, menurut saya akan mengurangi kehangatan keluarga yang saya bahas di poin 4. Beberapa orang bilang bahwa poin ini dapat "diakalin". Maksudnya adalah jika tanah / bangunannya kecil, sedangkan orang yang akan menempatinya lebih banyak, maka dapat dibangun bertingkat ke atas atau ke bawah menyesuaikan kebutuhan. Namun, ini akan memunculkan masalah baru. Untuk naik turun rumah bertingkat banyak tentu akan mengurangi kenyamanan tinggal di rumah tersebut. Hehehe... 

8. Apakah rawan bencana (kebakaran, banjir, gempa)? 
Setelah hidup selama lebih dari 20 tahun (jumlah aslinya rahasia, ya? :P), saya mengalami atau melihat banyak bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia ini. Bencana memang bukan hal yang dapat disangka-sangka kapan waktunya dan terjadi di mana. Namun, kita sebagai manusia dapat melihat adanya potensi-potensi dari sebuah tempat mengalami sebuah bencana. Misalnya saja kebakaran. Suatu perumahan padat penduduk dengan ilmu wawasan dan kesadaran yang rendah dapat menyebabkan sering terjadinya kebakaran. Seringkali kebakaran terjadi hanya karena hal-hal yang dianggap sepele, seperti membuang puntung rokok (yang masih menyala, walau sedikit) sembarangan, menggunakan karburator gas yang kendor, selang gas yang bocor (halus), menaruh lilin sembarangan, membiarkan anak kecil bermain api tanpa penjagaan, dan lain sebagainya. Banjir pun demikian. Tak dapat dipungkiri, banjir yang sering terjadi di Indonesia (terutama Jakarta) sebagian besar alasannya adalah karena menumpuknya sampah di pembuangan air. 

9. Jalan menuju rumah dapat dilewati kendaraan (roda 2 dan roda 4) 
Pertimbangan yang satu ini sebenarnya tidak hanya difikirkan oleh orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi, namun juga bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Mengapa? Alasan pertama adalah, tentunya akan lebih nyaman jika kita tidak harus berjalan di gang yang sempit untuk dapat pulang dan pergi ke dan dari rumah kita. Alasan selanjutnya, agar adanya akses untuk angkutan umum melewati jalur rumah kita seperti yang saya inginkan di poin 6. Dan mungkin akan banyak alasan lainnya. 

10.Tanah yang ada dapat membangun garasi untuk kendaraan yang dimiliki (roda 2 dan roda 4) 
Hal ini penting bagi orang yang memiliki kendaraan pribadi agar keamanan kendaraannya lebih terjaga. Jika poin ini terpenuhi, maka juga akan membawa kenyamanan bagi orang yang tinggal di sekitar rumah kita maupun yang melewati rumah kita. Sering saya temui banyak sekali kendaraan (roda 2 ataupun roda 4) yang diparkir di depan sebuah rumah. Hal itu membuat jalan / gang rumah tersebut menjadi sulit dilalui. 


Pertimbangan-pertimbangan saya di atas sebenarnya sudah tertulis di FB saya. Cukup banyak respon yang ditulis oleh beberapa teman. Ada yang sagalau saya dalam keinginannya memiliki rumah. Ada yang menyarankan untuk nekat membeli dengan modal dan pertimbangan seadanya. Ada yang memberikan beberapa solusi agar dapat memiliki rumah yang cukup layak dan dapat memenuhi sebagian besar (jika tidak dapat semua) pertimbangan-pertimbangan di atas. Doain saya, ya. Agar dapat memiliki rumah sendiri yang memenuhi pertimbangan-pertimbangan di atas. Aamiin.

Jadi, apa pertimbangan kalian dalam mewujudkan keinginan memiliki rumah sendiri?

Wednesday, November 7, 2012

Please welcome Syafiqah Rahmah

Jum'at, 2 November 2013

Sesuai dengan jadwal, saya dan Ibas berangkat ke RSIA Tambak ba'da maghrib. Sampai di RSIA Tambak, kami makan malam dulu sebelum akhirnya mendaftarkan saya untuk rawat inap. Alhamdulillah saya mendapatkan kamar kelas utama sesuai keinginan kami. Kenapa kelas utama? Karena di RSIA Tambak, kelas 1 dan kelas utama tidak terlalu jauh baik harga maupun luas kamarnya. Yang berbeda adalah pada kamar kelas 1 terdapat sofa, sedangkan pada kamar utama terdapat sofa bed. Sofa bed lebih luas dan lebih nyaman untuk tidur dari pada sofa biasa. Hal ini diperuntukkan untuk keluarga yang akan menjaga saya selama dirawat di RSIA Tambak. 

Selesai proses pendaftaran dan pembayaran deposit awal, saya langsung diminta untuk datang ke ruang kala. Ruang kala ini merupakan ruang tunggu bagi bumil (ibu hamil) yang akan melahirkan. Saat itu ada 3 bumil yang sedang menunggu pembukaan lengkap. Karena saya adalah pasien operasi caesar, maka saya melakukan persiapan sebelum operasi. Kemudian suster mencukur rambut vagina saya dan melakukan rekam jantung bayi dalam kandungan saya. Proses rekam jantung bayi seharusnya hanya membutuhkan waktu tak lebih dari 30 menit. Namun, karena posisi bayi yang melintang dan bergerak-gerak, suster agak kesulitan untuk melakukan rekam jantung bayi hingga menghabiskan waktu 2 jam lebih.

Sabtu, 3 November 2012

Terus terang, saya tidak dapat tidur nyenyak semalaman itu. Saya diminta untuk bangun pada jam 4. Kemudian bersih-bersih di kamar mandi dan diminta untuk mengganti baju dengan baju operasi. Perasaan saya campur aduk pagi itu, bahkan saya tidak dapat mengingat pasti apa saya rasakan. Hehehe. Ibas dan mba iin membantu saya mempersiapkan diri, karena mereka berdua menginap sejak malam sebelumnya. Ketika suster dan bidan menjemput saya, ternyata ada bapak dan ibu mertua saya yang sudah datang diantar oleh adiknya Ibas. Memasuki kawasan ruang operasi, saya tidak dapat berfikir lagi, hanya mengikuti alur adegan yang ada. Hehehe.. Ibas diminta untuk menandatangi beberapa dokumen persetujuan operasi caesar. Setelah itu saya diajak masuk ke ruang pemulihan operasi sambil menunggu dokter-dokter yang akan membantu persalinan saya. Tak lebih dari 10 menit kemudian (tapi rasanya lama banget :P), para dokter mulai berdatangan. Sesuai yang tertera di papan jadwal yang tertempel di dinding ruangan itu, ada 4 dokter yang akan membantu persalinan saya, yaitu dr Reino (dokter kandungan saya), 1 dokter kandungan sebagai asisten dr. Reino, 1 dokter anastesi, dan 1 dokter anak.
Saat itu saya duduk dan menyaksikan para dokter dan suster berganti baju operasi. Rasanya tidak dapat dijelaskan deh. Tak lama kemudian saya diajak masuk ke ruang operasi. Suhu ruangan itu dingiiin sekali, mungkin seperti freezer dagiing beku yang sering saya liat di restaurantnya Tuan Crab. Hehehe. Saya berjalan menuju meja operasi tanpa alas kaki, saya merasakan kaki seperti kebas. Suster membantu saya untuk naik ke tempat tidur operasi dan meminta saya duduk agak membungkuk, untuk disuntikkan obat bius di tulang belakang saya. Saking dingin ruangannya, saya hampir tidak merasakan rasa sakit suntikannya. Setelah itu saya diminta untuk berbaring terlentang. Suntikan itu bersifat lokal dan hanya membius bagian tubuh saya mulai dari pinggang sampai ujung kaki.
Kemudian para suster mempersiapkan segala sesuatunya termasuk memasang semacam penutup di bawah dada saya. Tak lama kemudian dr. Reino datang dan menyapa saya dengan sapaan hangat seperti biasanya. Dia meminta sama-sama mengucap bismillah sebelum memulai operasi. Saya masih ingat dokter anastesi saya duduk di sebelah kiri belakang tempat tidur operasi. Saya tidak dapat melihat pasti, namun sepertinya dokter anastesi berlaku semacam notulen yang mencatat apa yang terjadi di ruang operasi. Beliau juga yang menceritakan kepada saya apa yang sedang terjadi. Hehehe.. Saya sendiri masih dapat mendengar suara kucuran yang saya duga adalah kucuran darah yang keluar ketika dokter membelah perut saya. :D Tak lama kemudian terdengar suara tangisan pertama anak saya. Alhamdulillah.
Dr. reino kemudian memberikan selamat kepada saya bahwa putri saya lahir dengan selamat, sehat, dan lengkap semua anggota tubuhnya. Alhamdulillah.. Kemudian dokter anak dan suster asistennya membersihkan darah putri saya seadanya untuk kemudian meletakkan di atas dada saya untuk IMD (Inisiasai Menyusui Dini). Sungguh tidak dapat dijelaskan rasanya saat itu, melihat anak saya seperti merangkak dengan mejilat-jilat dada saya sampai akhirnya menemukan puting payudara saya dan mengemutnya. Subhanallah. :)
Kemudian saya teringat untuk menanyakan masalah miom kepada dr. reino, apakah dapat diangkat saat itu juga. dr. Reino menjawab bahwa "Nanti saya lihat, kita bereskan dulu bekas operasi bayinya, ya". Saya tidak menyadari bahwa saat itu, pihak dokter sedang meminta persetujuan Ibas untuk mengangkat miomnya. Saya berfikir saat itu dokter tidak memberitahukan saya agar saya tidak panik karena masih dalam kondisi stress pasca operasi pengangkatan bayi. Saya baru mengetahui tentang miom saya beberapa puluh menit kemudian.dr Reino menawarkan untuk melihat miom saya, dan saya bersedia. Alhamdulillah miomnya dapat diangkat sekalian.
Setelah itu dokter menjahit bekas operasinya, bahkan saya dapat melihat jarum dan benang yang digunakan, karena tangan dokternya diangkat terlalu ke atas ketika menarik benang jahitannya sehingga kelihatan di atas kain penutup. Setelah semua rapih, para dokter berpamitan. Dokter anak menjelaskan tentang kondisi anak saya yang alhamdulillah sehat, namun masih harus diobservasi, sehingga harus dibawa ke ruang bayi dulu. Setelah para dokter keluar dari ruang operasi, para suster membereskan peralatan operasi dan juga memindahkan saya ke ruang pemulihan.
Sampai di ruang pemulihan saya diselimuti dengan selimut berbahan seperti alumunium foil yang hangat. Selimutnya seperti selimut yang digunakan untuk sauna / pengecilan berat badan. Mungkin tujuan selimut itu untuk mengembalikan suhu tubuh saya ke suhu normal karena baru keluar dari ruang operasi yang sangat dingin itu. Tak lama kemudian saya merasa sangat ngantuk sekali. Saya baru terbangun ketika suster datang untuk mengecek tekanan darah dan mengganti pembalut nifas saya. Saya bertanya kepada suster jam berapa saat itu dan saya kaget ketika suster mengatakan sudah jam 9 lewat. Ternyata saya sudah tidur cukup lama. Hehehe.
Sekitar 20-30 menit kemudian saya dipersiapkan untuk dipindahkan ke kamar perawatan. Ternyata beberapa keluarga sudah datang ketika saya sudah di dalam ruang operasi. Karena lamanya saya di ruang pemulihan, mereka sudah pulang karena masih ada keperluan lain. Mereka berjanji untuk kembali menjenguk di lain hari. Ketika saya kembali ke ruang perawatan, masih cukup banyak keluarga yang masih menunggu. :)

And this is.. Please welcome Syafiqah Rahmah, putri cantik buah hati saya dan Ibas. Lahir hari Sabtu, 3 November 2012 pukul 5.22, dengan BB 3.14 kg dan panjang 49 cm di RSIA Tambak. Terima kasih atas support dan do'anya. Iis - Basuki.

Sunday, October 14, 2012

Trimester Ketiga

Minggu ke 25 - 28
Alhamdulillah.. Baby berkembang dengan baik dan sehat. Organ tubuhnya sudah lengkap, tapi ukurannya masih kecil-kecil. Hehehe.. Ukuran kepala normal, yang artinya tidak kecil ataupun terlalu besar (hydrosefalus). Begitu juga lingkar perutnya.

Minggu ke 29 - 32
Pada minggu-minggu ini air ketuban mulai dicek. Jumlahnya cukup dan warnanya normal, tidak berwarna kehijauan yang berarti keracunan. Jumlah jari kedua tangan dan kedua kakinya normal. Ada betis dan paha yang artinya, insya allah tidak kuntet. Berat badan bayinya normal. Hingga minggu ke 32, dr. Reino masih optimis bahwa saya masih bisa lahir dengan proses spontan. Walau ukuran miom cukup besar, selama posisi kepala bayi bisa turun dan masuk ke dalam panggul.

Minggu ke 33 - 36
Mulai minggu ke 32, saya disarankan untuk ikut senam hamil. Agar diarahkan gerakan-gerakan yang dapat membuat kepala bayiku turun dan memasuki panggul. Berat badanku hingga minggu ke 36, total kenaikan hanya 6 kg. Menurut dokter kandunganku, dan juga suster serta bidan instruktur senam hamil, kenaikan berat badan ibu hamil tidak harus terlalu dipermasalahkan. Yang terpenting adalah berat badan bayinya normal, dan keadaannya sehat. Begitu juga keadaan ibunya harus sehat.

Sunday, July 29, 2012

Trimester Kedua

Minggu ke 13 - 16
Mulai minggu ini saya lebih concern kepada miom yang ada di dalam rahim saya. Karena harus dipastikan bahwa miom tersebut tidak mengganggu janin yang sedang saya kandung. Hingga minggu ke 16, Alhamdulillah janin yang sedang saya kandung berkembang dengan baik.

Minggu ke 17 - 20
Pada bulan ini diketahui bahwa miom yang ada di dalam rahim saya mulai membesar. Menurut dokter tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyetop perkembangan miom atau memperkecil ukurannya. Yang bisa dilakukan adalah hanya memonitor bahwa janin dalam keadaan baik dan berkembang dengan semestinya.
Saat itu saya sih belum merasakan apapun di perut saya. Bahkan ukuran perut saya hanya ada gundukan kecil, dan belum terlihat seperti orang hamil. Jadi saya dan Ibas masih sanggup untuk berjalan-jalan ke Jogja selama 3 hari. :)

Minggu ke 21 - 24
Ukuran perut saya mulai membuncit. Tapi karena saya hampir tidak pernah menggunakan pakaian / kaos yang melekat di badan, sehingga orang umum belum menyadari bahwa saya sedang hamil. Hehehe.
Namun pada minggu ke 23, tiba-tiba saya merasakan  nyeri yang sangat pada perut bagian bawah dekat vagina, seperti sakit sedang haid yang dulu sering saya alami. Naasnya, saat itu hampir semua dokter kandungan di Jakarta sedang di Bali untuk mengikuti konferensi dokter kandungan se-Indonesia, termasuk dokter di klinik bersalin yang biasa saya datangi.
Bahkan rumah sakit pemerintah sebesar RSCM pun tidak ada dokter spesialis kandungan yang praktek. Saya malah disuruh menginap ke UGD dulu sampai dokter kembali dari Bali. Tentu saja saya menolak. Hanya membuang waktu dan biaya, karena dokter jaga atau suster yang ada pun tidak dapat melakukan tindakan yang hanya dapat dilakukan dokter spesialis kandungan jika terjadi sesuatu terhadap saya dan kandungan saya.
Malam itu juga, saya dan suami browsing semua rumah sakit di Jakarta yang menyediakan praktek dokter kandungan. Dari 20 Rumah sakit yang kami tlp, 19 diantaranya mengatakan hal yang sama, yaitu dokter spesialis kandungan mereka sedang ke Bali, dan menyuruh saya untuk datang 3 hari kemudian saat dokter itu pulang. Damn, mana bisa saya menunggu selama itu. Memangnya mereka mau tanggung jawab kalau terjadi apa-apa dengan saya dan kandungan saya?
Alhamdulillah ada 1 Rumah Sakit yang menyediakan dokter praktek, yaitu RSIA Tambak. Ada 2 dokter yang praktek pada malam itu dan besoknya. Namun 1 dokter akan berangkat ke Bali malam itu juga setelah selesai praktek dan saya tidak mungkin sempat mengejar jadwal praktek dokter tersebut. Akhirnya saya membuat janji untuk menemui dokter yang satunya lagi, yaitu dr. Reino Rambay. Alhamdulillah. Dari hasil usg fetomaternal dan penjelasan dari dr. Reino, diketahui bahwa sakit yang saya derita itu bukan karena miomnya. Tapi, karena tali pusarnya menutupi jalan lahir, dan sering kesenggol oleh bayi yang saya kandung.
Allah SWT memang Maha Berkehendak. Saya sengaja dipertemukan oleh dr. Reino saat saya memang didiagnosa memiliki Miom di dalam rahim saya. Beliau menyarankan saya untuk berhenti mengkonsumsi kacang kedelai dan semua olahannya, agar pertumbuhan miomnya dapat dihentikan. saya memang sangat suka mengkonsumsi tempe dan tahu, dan selalu ada di menu makanan saya setiap hari. Terbukti, sebulan setelah saya berhenti mengkonsumsi tempe dan tahu, ukuran miom saya tidak bertambah besar. Selain olahan kedelai, tentu saja saya harus menghindari JunkFood, makanan mentah, dan selalu mengkonsumsi buah dan sayur.

Saturday, April 7, 2012

Trimester Pertama

Minggu ke 1 - 4
Blm berasa hamil beneran sih.. Hehehe.. Baru ketauan hamil khan pas minggu ke - 5. Hitung minggu ke - 1 itu dari hari pertama haid terakhir. Itu berarti minggu ketika saya menikah. :D

Minggu ke 5 - 8
Masuk minggu ke 5 sebenarnya belum ada tanda-tanda hamil yang umumnya terlihat, seperti mual mual, tidak enak badan, dan lain sebagainya. Saya tau kalo sedang hamil juga karena melalukan test menggunakan test pack. Nah, mulai masuk minggu ke 7, rasa mual mulai muncul. Tapi Alhamdulillah, mual hanya muncul di kondisi tertentu saja. Misal saat mencium bau / wangi yang menyengat, seperti masakan tyang baru matang, bau kamar mandi (yang padahal bersih), ruangan lembab.

Minggu ke 9 - 12
Rasa mual itu masih terasa sampai minggu ke 10. Selama masa mual itu, saya jadi tidak bisa lagi memasak. Saat mau masuk rumah, selalu butuh waktu agar bau ruangannya menguap. Begitu juga saat mau masuk kamar mandi, saya harus mencium wangi2an yang saya suka seperti sabun / parfum terlebih dahulu.
Memasuki bulan ke tiga, terdeteksi adanya miom di dalam rahim saya. Saat itu diagnosa dokter, miom yang berada di rahim saya tidak berbahaya, baik untuk saya dan janin yang sedang saya kandung. Tidak ada pantangan makanan untuk miom itu

Saturday, March 17, 2012

Positif

Memiliki anak sudah tentu menjadi salah satu keinginan kami setelah menikah. Tapi sungguh saya tidak menyangka dapat hamil secepat ini. Kami memang mengikuti saran-saran agar saya dapat langsung hamil. Kebetulan, saat hari pernikahan merupakan hari keempat periode menstruasi pada bulan itu, yang berarti, saat kami berbulan madu adalah saat masa subur saya. :) Saya dan Ibas memang sepakat untuk tidak menunda memiliki anak setelah menikah, karena kami tidak memiliki alasan untuk itu.

Setelah sebulan kami menikah, pembicaraan tentang anak memang mulai muncul di antara saya dan Ibas. Apalagi setelah saya telat menstruasi 2 hari dari jadwal yang seharusnya. Ibas segera meminta saya untuk test menggunakan test pack, namun hasilnya negatif. Setelah 1 minggu telat haid, saya kembali mencoba test dan hasilnya positif :)

Malamnya kami langsung ke Rumah Bersalin dekat rumah untuk memastikan kehamilan saya. Dokter melakukan transvaginal USG karena usia kehamilan yang baru 5 minggu. Sebelum pulang, saya dibekali vitamin-vitamin untuk memperkuat janin yang ada di kandungan saya.

Alhamdulillah atas Karunia Mu ya ALLAH SWT. Semoga kehamilan ini sehat selalu.. Bismillah...


Wednesday, February 22, 2012

Bali Day Three

Tak terasa, ini hari terakhir honeymoon kami di Bali. Hari ketiga kami merencanakan untuk berjalan-jalan ke tempat wisata yang jauh dari Kuta. Untuk itulah kami memesan mobil beserta supir yang dapat sekaligus menjadi guide.

Setelah sholat subuh, kami langsung beres-beres barang-barang dan memasukkan ke dalam koper. Seharusnya sih kami lakukan malam sebelumnya, tapi apa daya badan tepar karena seharian berkeliling. Hehehe... Barang sudah rapih, kami langsung sarapan di hotel. Saat sedang sarapan, supir yang kami sewa menelpon dan mengabarkan bahwa dia sudah siap menunggu di halaman depan hotel. Kami langsung bersiap-siap, checkout dari hotel dan mengembalikan motor yang kami sewa.

Begitu mobil meluncur meninggalkan hotel, saya langsung bertanya agenda jalan-jalan kami kepada supir sekaligus guide kami. Dia menyarankan untuk ke tanjung benoa karena di sana banyak aktifitas air seru yang bisa dilakukan. Ehm, tentu saja kami terpaksa menolak usul tersebut, karena kami (baca : suami saya) tidak cocok di air. Hehehe.. Akhirnya tujuan pun diarahkan menuju Gunung Kintamani.

Sebelum sampai di Gunung Kintamani, kami mampir ke beberapa tempat. Tempat pertama adalah tempat pentas Tari Barong. Di tempat ini ada sedikit perbedaan dengan pementasan Tari Barong yang kami tonton di GWK. Di tempat ini pementasannya lebih lama durasinya, lebih banyak. Hal yang paling membuatku tertarik adalah di tempat ini, penonton dibagikan kertas berisi cerita yang dipentaskan, dan ditulis dalam berbagai macam bahasa di dunia.

Mammoth Art Galery - Perak adalah tujuan kami selanjutnya. Tempat ini terdiri dari 2 bangunan yang tak terlalu besar. Bangunan pertama merupakan workshop dan bangunan lainnya berisi banyak etalase untuk display. Harganya memang cukup mahal, namun mengingat barang-barang dari perak tersebut dibuat langsung oleh tangan, maka harganya memang sesuai dengan kualitas barangnya. Barang-barang yang dijual di sini tidak hanya perhiasan.

Tempat yang paling membuatku senang adalah tujuan kami selanjutnya. Kenapa? Karena kami mendapatkan banyak minuman gratis. Hehehe.. Sebenarnya Satria adalah salah satu tempat yang terkenal dengan Kopi Luwak nya. Kata pengurus tempat ini, kopi yang dibuat merupakan kopi yang langsung diambil dari luwaknya. Memang sih, di depan gerbangnya ada beberapa luwak yang sedang bersantai di kandangnya. Namun, tak hanya luwak yang diproduksi di sini. Namun banyak juga olahan teh, coklat, dan jahe.

Akhirnya kami sampai di puncak tujuan kami, yaitu kaki gunung Kintamani. Hawanya sangat sejuk dan menenangkan. Karena belum makan siang, maka kami makan siang di salah satu restaurant rekomendasi dari tour guide kami.

Sebelum kami turun, kami diajak mampir ke Tirta Empul Temple. Temple ini merupakan tempat yang terkenal menghasilkan air suci. Air yang dipercaya dapat memberikan banyak manfaat bila diminum atau dipakai untuk mandi. Bahkan konon katanya bila kita membasuh wajah dengan air ini, bisa membuat kita tampak awet muda. Ehm. :P Temple ini terletak tak jauh dari istana Tampak Siring.

Karena hari sudah beranjak sore, maka kami mulai turun menuju ke kota. Kami diajak untuk membeli oleh-oleh di Hawaii, salah satu tempat menjual oleh-oleh khas Bali selain Khrisna. Niat kami selanjutnya sebenarnya adalah membeli pie susu yang terkenal itu. Tapi sayang tokonya sudah tutup. Menurut info yang kami dapat dari guide, untuk dapat membeli pie susu tersebut, kami harus memesan lewat telp. Bahkan  karena banyaknya permintaan, kabarnya ada yang memesan 3 hari sebelumnya. Wuiih..

Sebelum ke airport, kami meminta untuk mampir ke tempat makan. Makan malam dipilihkan Ayam Betutu khas Bali. Warungnya terletak tak jauh dari Bandara. Sambal matahnya luar biasa pedas, terutama untuk saya yang tidak kuat dengan pedas. Hehehe.. Selesai makan, kami berencana langsung ke bandara. Naasnya, mobil yang kami sewa tiba-tiba mogok. Untungnya ada mobil pengganti yang segera datang dari tempat penyewaan. Setelah memindahkan koper dan barang-barang lainnya, kami segera menuju ke airport.

Akhir waktu penyewaan mobil kami adalah jam 9 malam, sedangkan flight kami jam 11 malam. Kami memang mengambil flight terakhir untuk kembali ke Jakarta. Kami memutuskan untuk menunggu di airport hingga waktu boarding tiba. Bye-bye Bali, welcome Jakarta!

Monday, February 20, 2012

Bali Day Two

Hmm... Pagi kedua di Bali.. Kami sangat bersemangat sekali hari ini, karena berencana mengejar matahari terbit di pantai, mumpung pantai hanya tinggal beberapa jingkring dari hotel. :P Tapi sayangnya, kami tidak mencari info yang akurat. Ternyata, posisi pantai Kuta itu tidak tepat untuk melihat matahari terbit, tapi lebih pas untuk melihat matahari terbenam. Jadi, sampai 1 jam kami menunggu, matahari terbit itu tak kunjung terlihat. Hehehe... Akhirnya kami memutuskan kembali ke hotel untuk sarapan dan mandi. 

Hari kedua, itenari lebih padat daripada hari pertama. Kami berencana untuk berkeliling Bali hingga malam. Tujuan pertama adalah Garuda Wisnu Kencana (GWK). Saya tidak menyangka bahwa letak GWK sangat jauh dari hotel tempat kami menginap. Ibas sangat jago membaca peta, sehingga kami dapat sampai tujuan tanpa nyasar. :-* Tiket masuk GWK adalah Rp. 30,000 untuk wisatawan lokal, Rp. 25,000 untuk anak-anak, dan Rp. 60,000 untuk wisatawan asing. GWK ternyata cukup luas, banyak tempat di sana yang dapat digunakan sebagai background untuk berfoto. Kami menyempatkan berfoto di depan patung Garuda dan Wisnu. Di sana juga ada pertunjukan yang dapat dinikmati.

Selesai berkeliling plus berfoto di GWK, kami menyempatkan untuk makan siang di pantai Jimbaran, yang lokasinya tak terlalu jauh dari GWK. Karena kami datang ke pantai tersebut pada saat jam makan siang, maka hawa di sana sangatlah panas. :P Seperti restoran di pantai pada umumnya, restoran-restoran yang ada menyajikan berbagai macam makanan laut. Kami memesan nasi putih, ikan bakar, kangkung balacan, disajikan dengan 3 macam sambal. 

Perut kenyang, saatnya kembali ke tengah kota. Kami memutuskan untuk kembali ke Joger, membeli kaos untuk oleh-oleh dan untuk kami berdua. Ukuran kaos di Joger cukup besar, mungkin standar ukurannya mengikuti standar orang luar Indonesia, mengingat banyak wisatawan asing yang datang ke Bali. Ukuran yang pas untuk kami berdua adalah SS, yang artinya sangat kecil. :P Acara beli oleh-oleh dilanjutkan ke Khrisna. Di sini, kami membeli beberapa cemilan untuk keluarga dan kerabat, serta body butter untuk panitia  yang telah membantu pernikahan kami.Dari Khrisna, kami menuju ke Jalan Legian, tak jauh dari hotel, untuk membeli pesanan mba iin dan uus, yaitu kaos lukis. Toko kaos lukis ini bisa dibilang cukup kecil, letaknya di pojok perempatan Jalan Legian, hampir tak terlihat jika tak melihat dengan seksama. 

Selesai membeli kaos lukis, perut sudah keroncongan karena memang sudah waktunya makan malam. Kami mencoba menu di warung pasta tak jauh dari kaos lukis. Kami memesan spaghetti, hanya berbeda sausnya. Porsinya cukup membuat kami kenyang. Setelah itu, kami kembali ke hotel untuk beristirahat. :)

Saturday, February 18, 2012

Bali - Day One

Woohooo...

Saya pernah pergi ke Bali ketika masih kecil bersama keluarga. Tapi, tak banyak hal-hal yang dapat saya ingat mengenai Bali belasan tahun yang lalu. Kebetulan, Ibas belum pernah ke Bali. Sehingga, impian kami adalah pergi honeymoon ke Bali. Jujur kami agak ragu bahwa mimpi tersebut akan terwujud, mengingat kami berencana untuk menanggung seluruh biaya pernikahan. Namun, niat dan ikhtiar kami diijabah oleh Allah dengan cara yang tak kami duga sebelumnya. Bahkan kami mendapatkan voucher gratis untuk menginap 2 malam di sebuah hotel di Bali dan seat murah di budget airline yang dapat kami gunakan untuk honeymoon. Alhamdulillah. :)

Berhubung saat rencana honeymoon ini dibuat Ibas hanya mendapat cuti selama 3 hari, maka kami harus menyusun itenari sepadat mungkin selama 3 hari setelah hari pernikahan. Sehingga, kami mengambil penerbangan pertama saat berangkat dan penerbangan terakhir saat pulang. Kami berangkat jam 6 pagi dari bandara Soekarno-Hatta dan sampai di Bandara Ngurah Rai sekitar pukul 9 pagi kemudian langsung mencari taksi Blue Bird. Namun, karena tak kunjung dapat, akhirnya kami memesan taksi lokal dengan sistem pembayaran di awal. Jadi kami mengantri di loket dan mengatakan tujuan, mereka menentukan biayanya, kami membayar lalu supirnya akan mengantar kami ke armadanya. 

Sesampai di Hotel Best Western Hotel Kuta Seaview, kami langsung melakukan registrasi atas voucher yang kami dapat dari tukar dan undi poin di Pesta Poin Simpati Telkomsel. Kami baru dapat melakukan check-in jam 2 siang dan saat itu baru sekitar jam 10 pagi. Jadi setelah melakukan registrasi, kami menitipkan koper untuk berjalan di sekitar hotel. O iya, hotel kami ada di sebuah Jalan (lebih tepatnya gang) Benesari, Kuta; berjarak hanya sekitar 50 meter dari pantai kuta. Jadi, kami memutuskan untuk jalan-jalan sekitar kuta sekaligus survey apa saja yang ada di sekitar hotel kami. 

Setelah keluar dari gang, ternyata banyak resto dan hotel berbintang di sekitarnya. Kami sempatkan untuk berfoto di Hard Rock Cafe Kuta Bali dan pintu serta di dalam pantai Kuta. Karena hari kerja, pantai kuta sangat sepi saat itu. Saya saat itu ingin duduk di kursi pantai, tapi ternyata harus bayar alias sewa. Hehehe... Kami melanjutkan berjalanan kaki menuju komplek pertokoan di sekitar pantai Kuta. Saya meminta Ibas untuk mampir ke KFC Kuta, karena perut mulai keroncongan :P sekaligus internet browsing tentang tempat istimewa untuk menyusun itenari kami selama di Bali. 

Perut sudah kenyang, kami kembali berjalan kaki dan sampai di Jalan Legian. Di sepanjang jalan ini penuh dengan toko-toko berukuran kecil, hotel, hostel, dan resto yang ukurannya tidak terlalu besar. Di tengah   bangunan-bangunan itu terdapat Monumen Bom Bali, yang dibangun untuk memperingati para korban Bom Bali. Tak lupa kami berfoto di monumen tersebut. Berhubung kami hanya berdua dan tak membawa tripod, jadi kami harus bergantian berfoto di monumen ini. Saat itu ada sepasang muda mudi yang juga sedang berfoto di monumen tersebut. Mereka menawari untuk mengambil foto kami berdua dengan syarat kami mengambil foto mereka berdua. :)

Kami sudah lelah berkeliling, jadi kami memutuskan untuk kembali ke hotel. Ketika sampai di hotel, masih ada waktu 1 jam lebih sebelum waktu check in, sehingga kami memutuskan untuk menggunakan fasilitas pc + internet gratis yang disediakan di lobi hotel untuk kembali browsing. Kali ini Ibas menggunakan aplikasi Google maps untuk menemukan rute yang terdekat untuk mencapai lokasi wisata yang ingin kami datangi. Tepat pukul 2 siang, kami check in dan menempati kamar yang kami dapatkan. Jujur, saya agak kecewa ketika melihat ukuran kamar yang cukup kecil. Pada voucher yang kami dapatkan memang tertera Standard Room, namun dapat dilakukan upgrade menjadi Superior Room. Tentu saja, kami menggunakan fasilitas upgrade tersebut. Ketika melihat ukuran kamar yang menurut saya cukup kecil untuk ukuran superior, saya sampai menelpon bagian resepsionis untuk memastikan bahwa tidak ada kesalahan penempatan pemberian kamar. Ternyata memang untuk hotel tersebut, kamar itulah yang termasuk superior room.

Setelah check in, kami merapihkan barang dan membersihkan diri. Setelah beristirahat sebentar, kami memutuskan untuk menyewa motor di tempat penyewaan motor Bali Tese Car & Bike Rental, yang terletak di depan hotel. Motor yang kami pilih adalah Honda Scoopy matic, agar tak terlalu lelah mengendarainya hingga jarak jauh sekalipun. Harga sewanya Rp. 50.000 / 24 jam dan free 2 helm + bensin premium 1 liter. Di sana juga tersedia bensin premium yag dijual Rp. 5.000 / liter.

Karena waktu sudah sore, kami memutuskan untuk tidak berkeliling terlalu jauh, agar tidak terlalu lelah dan malam kembali ke hotel. Tujuan pertama kami adalah Toko kaos Joger, untuk melihat-lihat koleksi kaos yang tersedia sekaligus survey harga. Setelah puas melihat-lihat, kami langsung makan siang di Nasi Pedas Ibu Andhika yang terkenal, yang ternyata terletak persis di seberang Toko Joger. Harganya pun tidak mahal. Saya pesan nasi putih + telur mata sapi + sayur labu + tahu kuah + sambal pedas, sedangkan Ibas pesan nasi putih + teri goreng + sayur tauge + tahu kuah + sambal pedas. Keduanya seharga Rp. 11.000. Sambal pedasnya luar biasa pedas, apalagi untuk saya yang tidak kuat dengan pedas. Cuma cocol saja, saya perlu menghabiskan 2 teh botol untuk menghilangkan rasa pedas di mulut. :P

Perut sudah kenyang, kami berkeliling di sekitar Denpasar untuk mencari lokasi toko oleh-oleh di Khrisna terdekat. Kami menyempatkan untuk membeli beberapa oleh-oleh untuk keluarga dan kerabat di Jakarta. Saat kami keluar toko setelah selesai berbelanja, langit mulai gelap, sehingga kami memutuskan untuk kembali ke hotel. 

Thursday, February 16, 2012

The DAY - Akad Nikah

Saya benar-benar tak menyangka bahwa saya akan mengalami hari itu. Hari dimana sah menjadi istri dari seseorang pilihan hati saya. Sebentar.. Saya sedang mencoba mengingat semua detail yang terjadi pada hari itu, agar tak ada yang tertinggal untuk dicatat di blog ini.

Malam sebelumnya saya agak telat tidur, mungkin efek grogi. Hehehe.. Tapi alhamdulillah, cukup nyenyak dan bangun cukup pagi, bahkan paling pagi di antara orang-orang di rumah. Ada 2 keluarga dari saudara papa yang menginap di rumah. Jadi, pagi itu kami semua mengantri untuk mandi. Saya sungguh tak nafsu sarapan, sebagian karena grogi dan sebagian lagi karena saat itu saya kram perut akibat menstruasi. Namun, mama tetap memaksa saya untuk makan walaupun sedikit, karena khawatir saya tidak fit untuk menjalankan akad nikah. Mami (adiknya mama) mengantar aku dan kakakku ke tempat acara pagi itu, karena kami berdua harus berada paling pagi di tempat acara. Saya, karena harus menjalani ritual rias yang panjang itu; kakak saya, karena dia adalah ketua panitia. Sampai di tempat acara pukul 6.00, ternyata penata rias dan pemasang sunting aku sudah sampai dari jam 05.30. :P Tak menunggu lama, saya langsung dirias, dipasang sunting 2 tingkat, dan baju pengantin untuk akad nikah. Saya sangat puas dengan riasan pagi itu, simple dan manis. :)

Tepat pukul 07.30, saya sudah siap dengan baju kebaya putih dan riasan lengkap serta sunting. Rombongan keluarga besar Ibas pun sudah datang dan berbaris untuk memasuki gedung. Namun, sangat disayangkan justru Bapak Penghulu yang belum datang. Padahal dia yang meminta agar akad diadakan pukul 8 tepat dan meminta semua untuk hadir sebelum pukul 8. Penghulu datang pada pukul 8 lewat, dan prosesi akad segera dimulai. Diawali dengan penyerahan seserahan dari keluarga besar Ibas kepada keluarga besar saya yang oleh perwakilan masing-masing, yaitu mamangnya Ibas dan guru mengaji saya. Kemudian, penyerahan Ibas secara simbolik dari kedua orang tuanya kepada kedua orang tua saya. setelah itu, rombongan masuk ke dalam gedung dan menduduki kursi masing untuk melakukan ijab qobul. Sebelum ijab qobul, dibacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an oleh sahabatnya Ibas. Ijab qobul dibacakan dalam bahasa Arab sesuai kesepakatan papa saya dan Ibas.

Kemudian, Master of Ceremony, kakak kelas saya di kampus, meminta Ibas untuk menjemput saya di ruang rias dan membawa ke meja tempat ijab qobul dilakukan. Hal ini sesuai dengan syari'at Islam, bahwa kedua mempelai baru boleh disandingkan berdua setelah ijab qobul dinyatakan sah. Saat itu saya merasa lega karena proses paling penting pada hari itu berjalan lancar. Setelah menandatangani berkas-berkas dari pak penghulu, kami mendapatkan buku nikah kami masing-masing. Pak penghulu pamit karena harus mengurus administrasi di pernikahan lain. Saya sangat menyayangkan bahwa pak penghulu sangat terburu-buru dalam menjelaskan hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan administrasi pernikahan kami.

Acara akad nikah dilanjutkan dengan penyerahan mahar dan pemakaian cincin kawin. Mahar yang kami sepakati adalah 10.6 gram emas dan uang tunai 122 Ringgit Malaysia. Emas terdiri dari 4.6 gr cincin kawin saya, 4 gr kalung + liontin, dan 2 gr emas murni. Nominal 122 sengaja kami ambil untuk mengingat tanggal pernikahan kami, sedangkan Ringgit Malaysia kami pilih untuk menghormati teman kami, sepasang suami istri dari Malaysia yang berperan dalam mendekatkan kami berdua. :) Kemudian acara dilanjutkan dengan berfoto bersama keluarga dan tamu menyalami kami berdua.


Wednesday, January 25, 2012

Vendor ooh.. Vendor


Menentukan Vendor untuk pernikahan kita itu gampang-gampang susah. Biasanya drama persiapan pernikahan dimulai dari ini. hehehe.. Karena hal-hal lain selain Gedung, sangat penting antara satu dan yang lainnya. Pada saat menentukan pilihan-pilihan dari sekian banyak vendor yang ada lah, yang biasanya menyebabkan perselisihan antara kedua pengantin bahkan juga bisa kedua keluarga besar.

Secara garis besar, ada 2 pilihan dalam memilih vendor, yaitu menggunakan vendor mandiri (vendor-vendor yang terpisah) atau menggunakan paket (memilih 1 vendor, lalu menggunakan vendor lain yang rekanan). Terdapat kelebihan dan kekurangan pada kedua pilihan tersebut, namun saya sarankan pilih sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Memilih vendor-vendor secara terpisah
Kelebihan :
  1. Memungkinkan kita untuk mendapatkan vendor yang terbaik di bidangnya masing-masing.
  2. Biasanya terdapat banyak bonus yang diberikan dari vendor.
  3. Biasanya kita dapat meminta hal-hal secara mendetail sesuai dengan keinginan kita.
  4. Biasanya mereka memiliki konsultan yang dapat memberikan saran jika kita masih bingung atau mengarahkan ide kita agar hasilnya lebih baik.
Kekurangan :
  1. Biasanya harus mengeluarkan dana yang lebih banyak dibandingkan memilih vendor secara paket.
  2. Biasanya kita membutuhkan waktu dan tenaga lebih banyak untuk mengatur semua vendor sendiri.

Memilih paket dari vendor (dan rekanannya)
Kelebihan :
  1. Bisa menghemat waktu dan tenaga, karena kita hanya perlu mengontrol kemajuan persiapan kesemua vendor hanya melalui salah satunya.
  2. Biasanya kita mendapatkan harga yang lebih murah daripada memilih vendor yang terpisah, karena antar vendor telah memiliki kesepakatan mengenai harga.
Kekurangan :
  1. Terkadang ada salah 1 vendor rekanan yang belum kita kenal baik hasil pekerjaannya. 
  2. Tak banyak vendor yang memperbolehkan kita merubah paket yang mereka tawarkan. Biasanya mereka sudah memiliki item-item yang termasuk di dalam paket. Kita hanya bisa memilih salah satu dari beberapa paket yang telah mereka sediakan. Sebaiknya, pastikan dulu kepada vendor sejauh mana kita dapat menambah / mengurangi / merubah isi paket yang mereka tawarkan.



Wednesday, January 18, 2012

Check List


Setelah kami sepakat untuk menikah, kami mulai googling hal-hal yang perlu dipersiapkan. Berikut adalah hal-hal yang harus dipersiapkan secara garis besar :

1. Gedung Akad dan Resepsi
2. Catering Akad dan Resepsi
3. Tata rias dan busana Akad dan Resepsi
4. Pelaminan dan dekorasi Resepsi
5. Foto dan Video Akad dan Resepsi
6. MC Akad dan Resepsi
7. Hiburan dan Tari-tarian Resepsi
8. Undangan
9. Souvenir
10. Administrasi RT, RW, Kelurahan, KUA
11. Penghulu
12. Seserahan
13. Mahar / Mas Kawin (wajib)
14. Transportasi ketika hari H
15. Baju seragam keluarga (optional)

Let's hunting.. ^_^

Sunday, January 15, 2012

Lamar Melamar

Sebenarnya Ibas sudah melamar secara personal ketika awal kami dekat dan sudah meminta kepada orang tua saya. Jadi proses lamaran ini adalah sebagai perkenalan kedua keluarga yang baru pertama kali bertemu, sekaligus permintaan secara resmi dari keluarga Ibas untuk menjadikan saya mantu. :D Biasanya sih dalam lamaran ini dibicarakan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan, seperti tanggal, tempat, dan biaya. Tapi berhubung kedua pihak keluarga mempercayakan segala keputusan kepada kami berdua, jadi hari itu lebih banyak diisi dengan perkenalan antara kedua keluarga.

Berikut susunan acara lamaran itu :
1. Pembukaan acara oleh pembawa acara, yang saat itu adalah kakak saya.
2. Pihak keluarga pria mengutarakan maksud dan tujuan kedatangan rombongan keluarga pria yang diwakilkan oleh utusan yang sudah ditunjuk. Saat itu yang mewakilkan adalah adik laki-laki bapaknya Ibas.
3. Kemudian dari pihak keluarga wanita akan memberikan sambutan penerimaan sebagai tanda bahwa pihak keluarga menyambut baik rencana lamaran dari pihak pria. Saat itu yang mewakilkan adalah adik laki-laki tertua mama saya.
4. Perkenalan keluarga masing-masing, yang biasanya diawali oleh keluarga pihak pria baru kemudian keluarga pihak wanita.
5. Penyerahan hantaran oleh pihak pria secara simbolis.
6. Penyerahan balasan hantaran oleh pihak wanita secara simbolis.
7. Ibu dari calon mempelai pria memakaikan cincin kepada calon mempelai wanita
8. Penutupan oleh pembawa acara yang diteruskan dengan doa bersama, bertujuan agar segala sesuatu yang telah direncanakan dapat berjalan dengan lancar.
9 Acara ramah-tamah yang diisi dengan makan siang bersama yang sebelumnya telah disiapkan.

Hantaran
Sebenarnya saya tidak terlalu ingat detail hantaran lamaran yang dibawa oleh Ibas sekeluarga. Karena acara penyerahan hantaran dilakukan ketika saya masih 'disembunyikan' di dalam kamar. Ketika acara makan siang selesai pun, semua hantaran langsung dibagi menjadi beberapa bungkusan untuk dibagikan ke saudara dan tetangga. Hal yang saya ingat adalah semua hantaran itu merupakan makanan dan minuman, tidak ada barang pribadi. Nanti saya coba lihat di kumpulan foto pada saat acara lamaran ya, semoga adik saya memotret semua hantaran. :D

Percaya tau tidak, saya dan Ibas hampir tidak mengobrol selama acara berlangsung. Kami juga baru menyadari ketika acara sudah selesai bahwa kami terlalu fokus terhadap keberhasilan acara. Saya sendiri baru keluar dari kamar ketika acara hampir selesai, yaitu ketika ibunya Ibas akan memakaikan cincin. Pada saat makan bersama pun, Ibas menemani para bapak-bapak dari kedua keluarga dan saya menemani para ibu-ibu nya. Yang saya paling ingat adalah ketegangan kami berdua selama acara. Tangan saya mendadak dingin dan gemetar ketika akan dipakaikan cincin oleh Ibu nya Ibas. Ibas pun tak banyak bicara selama acara. hehehe.. Alhamdulillah, acara berlangsung lancar. Ready to the next step, go find vendors. B-)

Thursday, January 12, 2012

I am Getting Married

Kenapa Menikah Sekarang?
[X] usia sudah 'cukup'
[X] sudah bekerja
[X] sudah ada pasangan
[X] sudah disuruh orang tua

Ketika lulus kuliah, ditanya "Kapan kerja?". Sudah kerja, ditanya "Kapan nikah?". "Usia sudah cukup, pekerjaan sudah ada, pasangan sudah ada, nunggu apa lagi sih?". Orang tua saya, selayaknya orang tua lainnya, ingin anak-anaknya bahagia dengan pasangan hidupnya kelak. Mereka ingin kami, anak-anaknya, mendapatkan orang yang dapat meneruskan tanggung jawab mereka menjaga kami. Namun, mereka mempercayakan pilihan kepada kami.
Beberapa teman yang sudah mengenal saya sejak masih sekolah dan kuliah sering mempertanyakan kenapa saya agak "dingin" dengan beberapa lelaki yang mendekati saya. Bukan berarti orientasi biologis saya menolak lelaki. Ketika usia sudah mencapai seperempat abad, banyak yang bilang "Udah, jangan terlalu pemilih. Nanti malah g ada yang mau memilih.". Saya sungguh tidak bisa menjadi "jual murah" dengan tidak memilih. Saya ingin menikah sekali seumur hidup dengan orang yang bisa menjadi partner menjalani rumah tangga hingga maut memisahkan. Saya yakin banyak yang setuju dengan kalimat klise itu. Semua akan indah pada waktunya. Jadi, ketika saya beberapa kali menjalin hubungan dekat dengan lelaki, lalu kemudian berakhir, saya yakin memang sudah seharusnya begitu. Semua hal yang saya alami di kehidupan saya pasti membawa hikmah yang besar. 

Kenapa dengan dia?
Cinta karena Allah tidak selalu membutuhkan beragam kesamaan di antara kalian. Namun, yang terpenting adalah kesamaan prinsip dan tujuan, yaitu menggapai ridha Allah SWT.
Saya sendiri, bahkan juga dia, tidak menyangka bahwa kami akan menikah. Kami memang berteman sudah lama, tapi hanya sekedar kenal bahwa kami satu almamater, bahkan mungkin kuantitas obrolan kami dapat dihitung dengan jari. Ketika akhirnya kami memiliki kesempatan untuk dekat, sudah beberapa tahun setelah kami lulus. Saya selalu percaya bahwa jika hati ragu, maka jangan ambil keputusan itu. Saya selalu meminta agar Allah SWT yang menggerakkan hati saya untuk mengambil keputusan yang tepat dan terbaik untuk saya. Saat dia bilang ingin menjadikan saya istrinya, ada yang berbeda di hati saya. Saya yang selama ini takut dan penuh keraguan ketika ada lelaki yang melamar, mendadak yakin dan berani untuk mengangguk dan menjawab "Ya, aku bersedia". Padahal saat itu baru genap sebulan kedekatan kami. Teman-teman kami tidak ada yang percaya bahwa saya semudah itu 'ditaklukan'. :P Well, let's see about our difference. Saya wanita, dia pria. Saya kuning langsat, dia sawo matang. Saya cerewet, dia pendiam. Saya tipe yang banyak beraktifitas di pagi hari, sedangkan dia di malam hari. Saya planner, dia spontan. Saya tegas, dia pemaaf. Saya programmer, dia Network Engineer. Saya Scorpio, dia Leo. Dan masih banyak perbedaan lainnya. Bahkan ketika masih belajar di almamater yang sama, teman main kami pun berbeda. 

Lalu apa yang selanjutnya terjadi?
Kami sepakat hal pertama yang kami lakukan ketika berencana menikah adalah menabung. Hal itu kami lakukan bahkan sebelum mengatakan rencana ini kepada kedua orang tua masing-masing. Kami sadar, sesederhana apapun acara pernikahan kami kelak, pasti membutuhkan biaya. Jadi, seminggu setelah kami sepakat untuk menikah, kami membuka akun bank terpisah untuk menabung. Kenapa terpisah? Hanya untuk menjaga keharmonisan hubungan, mengingat kami belum menjadi suami istri. Jadi, jika ternyata rencana kami tidak sama dengan rencana Allah, tidak akan ada ganjalan di kemudian hari. Tapi tentunya kami berprasangka baik dan terus berdoa semoga rencana kami sejalan dengan rencana Allah SWT. Amin Ya Rabb.
Selama beberapa bulan selanjutnya kami mempersiapkan diri untuk mengatakan rencana kami terhadap kedua orang tua. Mengingat bahwa kami baru saja dekat, tentu orang tua juga perlu dipersiapkan untuk mendengar berita itu. :P Sekitar 4 bulan setelah jadian, kami berdua menghadap kedua orang tua untuk mengatakan rencana pernikahan ini. Deg-deg an nya jauh melebihi ketika akan menghadapi wawancara kerja. hehehe.. Tentunya banyak nasihat-nasihat yang diberikan oleh mereka, yang kami dengarkan dengan seksama. Intinya, mereka mempertanyakan kesiapan mental kami, menghadapi perbedaan di antara kami, menerima kelebihan dan kekurangan keluarga masing-masing. Dengan mengucapkan bismillah, kami berdua siap. B-)
Sebulan kemudian, terjadilah lamaran secara resmi. Hmm, maksudnya keluarga Ibas datang menemui keluarga saya melamar saya untuk anak mereka. Bagaimana kisahnya? Tunggu post selanjutnya. :)

You know what? Sampai sekarang, saya kadang masih kaget bahwa saya akan menikah. :D

Monday, January 9, 2012

HUSBAND.. Do these things to your wife



- Be careful to choose your words, especially when angry.

- Show affection for her in front of relatives/friends.

- Make sure your children speak to her and treat her in respectful ways.

- Make sure she has money to spend any way she would choose.

- Hold her close and verbally express your love when she is hurt or discouraged.

- Surprise her by giving her a special gift from time to time.

- Share the responsibilities around the house (without looking for special recognition) .

- Do not tease and belittle her, saying I was just joking when she doesn't find it funny.

- Do not forget to hold her hand in public like you used to when you just married her.

- Do not focus on the physical features of another woman (It dishonors your wife; not to mention it's sinful).

- Let her sleep in sometimes and you get the children ready for the day.


^_^

Friday, December 30, 2011

Resolusi Tahun Baru

Saya ingin berbagi tentang makna tahun baru bagi saya. Saya mengalami Tahun Baru Hijriyah dan Tahun Baru Masehi, sebagai muslim dan warga negara Indonesia. Buat saya, Tahun Baru itu adalah moment untuk mengingatkan bahwa telah 1 tahun lagi saya diberikan kesempatan oleh Allah SWT dengan segala nikmat yang telah Ia berikan. Saya merenungi kembali apa saja yang telah saya lakukan selama 1 tahun kemarin. Apakah saya telah melakukan perbaikan terhadap diri dan ibadah saya? Apakah saya telah memberikan manfaat kepada orang lain? Apakah saya telah memperbaiki lisan agar tidak menyakiti orang lain, memperbaiki sikap agar tidak mendzalimi orang lain, memperbaiki pengetahuan agar tidak menyesatkan orang lain?

Setelah merenungi semua hal yang telah saya lakukan selama 1 tahun kemarin, hal yang pertama yang dilakukan adalah memohon ampun kepada Allah atas semua kekurangan dalam beribadah kepadaNya. Selanjutnya membuat daftar orang yang pernah saya  sakiti secara lisan atau sikap, agar ingat untuk meminta maaf kepada mereka. Karena sesungguhnya Allah tidak akan memaafkan kita sebelum orang yang kita dzalimi memaafkan kita. (Na'udzubillahi min dzalik).

Kemudian saya, sebagai planner :D, kembali membuat rencana. Rencana membuat saya selalu bersemangat menghadapi hari esok. Setelah saya sadari beberapa tahun yang lalu, rencana (yang menurut banyak orang dianggap resolusi) yang selalu saya buat pada awal tahun, terealisasi pada tahun tersebut. Yah, walau tidak semuanya sih. :P Saya ingat sebuah nasihat yang bagus.
"Jika kamu bermimpi jangan terus menarik selimut, tapi bangunlah lalu wujudkan mimpimu."
"Jangan menganggap remeh dirimu sehingga tidak berani memimpikan sesuatu yang besar."
Saya jadi ingin berbagi tentang beberapa rencana (resolusi) sejak beberapa tahun yang lalu.. Hmm.. kita mulai dari tahun 2006 saja ya, biar tidak kepanjangan artikelnya. :P

2006 - menyelesaikan pendidikan Sarjana dengan IPK 3. 
Walaupun tidak sesuai dengan target untuk selesai 3,5 tahun, alhamdulillah selesai di akhir tahun 2006 dengan IPK yang cukup bagus :) Waktu itu wisuda diadakan 2 hari setelah hari ulang tahun saya, hal itu merupakan kado ultah yang sangat berkesan untuk saya.
2007 - mendapatkan pekerjaan yang dapat membuat saya mengamalkan ilmu Teknik Informatika. 
Alhamdulillah, menjelang pertengahan tahun, saya mendapatkan pekerjaan sebagai programmer di salah satu perusahaan IT yang mengajarkan saya tidak hanya ilmu IT namun juga ilmu dalam menghadapi dunia kerja. Resolusi saya yang lain tahun itu adalah bisa berenang. Alhamdulillah dalam 1 bulan sudah bisa gaya katak.. Yah minimal saya tidak takut lagi tenggelam kalau di kolam renang. Dan uniknya lagi, saya yang dulu takut berada dekat kolam renang kemudian berubah menjadi addicted terhadap berenang.
2008 - dapat mengendarai motor. 
Pada akhir tahun itu alhamdulillah sudah bisa mengendarai motor. Hmm, walau hanya berani di sekitar komplek rumah saja. :P 
2009 - menambah wawasan dan networking berkaitan dengan bidang pekerjaan. 
Pada bulan Januari, saya terpilih menjadi salah satu pengurus MySQL Indonesia. Komunitas tersebut terdiri dari orang-orang yang menekuni bidang IT, baik mahasiswa maupun profesional, dari programming, networking, database, analis, dan lain sebagainya. 
2010 - Meningkatkan kemampuan diri dengan hijrah ke kantor lain.
Sempat menjadi pekerja lepas selama kurang lebih 1 bulan, karena sudah resign dari kantor sebelumnya dan belum mendapatkan pekerjaan baru, akhirnya saya diterima di sebuah perusahaan konsultan IT di daerah yang tak jauh dari rumah. Kantor lama dan kantor baru saya berada tak jauh dari rumah, dan saya sangat bersyukur untuk itu, karena tidak harus berangkat terlalu pagi dan sampai rumah terlalu malam. Alhamdulillah.
2011 - mendapatkan calon suami.
Tahun ini saya usia saya sudah menjelang 27 tahun. Untuk urusan cinta, saya memang tidak bisa merencanakan seperti layaknya rencana hidup yang lain. Saya tidak terlalu ngoyo untuk mencari pendamping hidup, karena saya percaya menikah dengan seseorang bukanlah hal yang bisa diputuskan dalam waktu singkat. Alhamdulillah Allah mendekatkan kami (saya dan calon suami) dengan cara-Nya.

Jadi apa resolusi tahun 2012?
 Insya Allah ingin menikah dan membangun keluarga baru. Saya sadar bahwa hidup berumahtangga tidak akan semudah ketika masih bersama orang tua. Tapi bismillah, semoga Allah SWT selalu menjaga hati kami agar dapat menjalankan amanah memiliki suami / istri dan (Insya Allahu minal Amin) keturunan yang sholeh sholehah. Amin ya Rabb..

Semangat... ^_^

Sunday, October 30, 2011

Day Three at Jogjakarta

lanjutan dari Day Two at Jogjakarta

Hari ke 3 - Minggu, 13 Februari 2011
Hari ini waktunya kami pulang ke Jakarta. Kami memutuskan untuk menikmati fasilitas hotel dan berkeliling hotel, kegiatan yang belum sempat kami lakukan sejak check in. Lagipula, hotel yang kami tempati letaknya cukup jauh dari stasiun Tugu yang berada di pusat kota. Jadi agar tidak bolak balik, lebih baik kami keluar hotel sekalian untuk check out. Salah satu fasilitas yang kami dapatkan secara gratis adalah berenang. Jadi kami tak melewatkan bermain air dan berjemur di pinggir kolam renang. Setelah puas bermain air, kami kembali ke kamar untuk mandi dan packing. Pesanan delivery bakpia kami pun datang tepat waktu. ^_^

Waktu di tiket pulang pukul 19.30, sedangkan waktu check out hotel pukul 13:00. Jadi, kami putuskan untuk berkeliling di tengah kota sambil menunggu jam pulang. Awalnya kami agak khawatir harus membawa tas pakaian selama berkeliling, namun ternyata ada tempat penitipan tas di dekat pintu stasiun. Saya tidak menyarankan untuk menitipkan barang berharga, jadi yang dititipkan adalah pakaian dan oleh-oleh. Bapak Gatot, pramudi mobil shuttle berbaik hati mengantarkan kami ke stasiun Tugu untuk menitipkan tas dan melanjutkan ke malioboro.

Siang itu kami terkejut dengan padatnya lalu lintas sepanjang malioboro. Saat kami tanya kepada pedagang sekitar, hari itu akan ada festival kebudayaan di sepanjang malioboro, sehingga jalur menuju malioboro dialihkan.Saat itu yang terjadi bukan hanya macet kendaraan, tapi juga macet manusia! Tapi hal itu membuat kami tidak mati gaya sambil menunggu jam keberangkatan kereta kami hingga malam. Kami memutuskan hanya berkeliling di sekitar malioboro, untuk menghindari ketinggalan kereta. Tujuan pertama adalah toko khusus batik Mirota yang berada di ujung jalan malioboro persis di seberang Pasar Bringhardjo. Pramudi mobil shuttle hotel tempat kami menginap menyarankan untuk "survey" harga di Mirota, agar dapat menawar harga yang bagus ketika belanja di pasar Beringharjo dan di sepanjang jalan Malioboro.

Di sela-sela hunting barang-barang khas Jogja, kami menyempatkan untuk makan pecel di depan Pasar Beringharjo. Pecel dapat dilengkapi sate dan daging burung dara, tergantung selera. Sambil makan pecel, kami menikmati pawai kebudayaan yang melintas di sepanjang jalan Malioboro, walau tidak banyak yang dapat kami lihat karena tertutup oleh banyaknya orang yang menonton. Tak terasa malam mulai menjelang, dan kami bergegas menuju Stasiun Tugu dengan berjalan kaki. Sebelum itu, kami membeli nasi kucing sebagai bekal di perjalanan dan mengambil barang titipan kami di tempat penitipan di Stasiun Tugu.

Ada hal unik yang baru diketahui Rani dalam perjalanan ini. Dia baru tahu kalo ada penumpang yang boleh tidur di sepanjang lorong gerbong kereta api. Mereka membeli tiket sehingga tidak diusir ketika petugas memeriksa tiket. hehehehe..

Friday, August 19, 2011

Day Two At Jogjakarta

lanjutan dari Day One at Jogjakarta

Hari ke 2 - Sabtu, 12 Februari 2011
Kami memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata di sekitar pusat kota dan menghabiskan waktu seharian penuh. Pilihan pertama kami jatuh kepada Keraton Kesultanan, tempat Sultan Hamengkubuwono tinggal dan bekerja. Keraton merupakan simbol Kerajaan, sistem pemerintahan yang membedakan Jogjakarta dengan Provinsi lainnya. Ternyata pilihan kami tak salah. Disana, kami berkenalan dengan 2 orang gadis manis semi backpacker seperti kami, Wulan dan Siska. Harga Tiket masuk Keraton Jogja Rp. 5,000 per orang ditambah Rp. 1,000 per kamera. Tiket bisa dibeli di dekat pintu masuk Keraton, tempatnya seperti semacam teras rumah jawa kuno. Setelah membeli tiket, kami langsung mendapatkan tour guide.

Bagi saya yang lemah menghafal sejarah, penjelasan dari tour guide terlalu terburu-buru. Namun saya maklum, mengingat banyak sekali turis lokal dan asing yang datang pada hari Sabtu itu. Kami diperkenalkan kepada tempat Sultan biasa mengadakan pertemuan dengan tamu penting, kantor tempat kerja, rumah tempat kediaman, dan tempat pentas seni tradisional. Seni yang saat itu dipentaskan adalah wayang kulit. Terakhir, kami dibawa masuk ke museum Keraton yang berisi barang-barang kuno yang dipergunakan oleh Sultan Hamengkubuwono I hingga sekarang. Namun, ada bagian museum yang tidak diperbolehkan untuk dipotret, berisi antara lain kain batik asli Jogja yang dibuat dengan tangan. Di Keraton kami juga dapat melihat para abdi dalem yang sedang bertugas di tempatnya masing-masing. Sangat menarik!

Selesai berkeliling Keraton, kami sangat lapar. Kebetulan saya dan Rani memang belum sarapan. Jadi tujuan selanjutnya mencari brunch (breakfast lunch), karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 10. Wulan dan Siska pun sepakat. :) Berhubung perut sudah tak mau menunggu, akhirnya kami berempat mencari makanan khas Jogja di sekitar Keraton. Kami menemukan banyak penjual Nasi Gurih di Alun-alun, tak begitu jauh dari Keraton. Nasi gurih terdiri dari : nasi kuning, tempe orek, kacang kedelai, kol, daun kemangi, timun, dan kerupuk kulit. Seporsi dikenai harga Rp. 5,000. Setelah perut kenyang kami memutuskan untuk pergi ke tempat wisata selanjutnya yaitu : Candi Prambanan. Dari Alun-alun, kami naik becak dengan harga sewa Rp. 5,000 sampai ke Halte Trans Jogja terdekat, yaitu di depan kantor pos Alun-alun.

Candi Prambanan letaknya cukup jauh dari alun-alun kota, karena berada di ujung kota dekat dengan airport Adisutjipto, namun dapat dicapai dengan bis Trans Jogja. Kami menempuh kira-kira 20 menit perjalanan dari halte di depan kantor pos hingga halte Prambanan. Di depan halte Prambanan terdapat beberapa delman yang berjejer dan siap mengantar kita menuju pintu masuk Candi Prambanan. Sebenarnya Halte Prambanan itu letaknya persis di seberang kawasan Candi Prambanan. Tapi, cukup jauh untuk mencapai loketnya dengan berjalan kaki. Untuk menghemat tenaga dan juga merasakan aura Jogja yang kental, kami berempat memutuskan untuk menyewa delman hingga depan loket tiket Candi Prambanan. Sekali lagi, berbekal bahasa Jawa semaksimal mungkin saya menawar harga sewa delman hingga Rp. 10,000. Sampai di depan loket, saya dikejutkan dengan poster yang di tempel di depan loket. Ada paket hemat Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Bukan paket hemat yang buat saya terkejut, tapi karena saya belum pernah dengar nama Candi Ratu Boko sebelumnya. As I mentioned, nilai mata pelajaran Sejarah saya memang kurang bagus. :D

Berikut Harga Tiket Masuk Wisatawan Nusantara (last updated 12 Februari 2011) :
Senin-Jumat
 Umum           Rp. 20,000
 Anak 3-6 thn Rp. 10,000
Sabtu, Minggu dan Libur Nasional
 Umum           Rp. 23,000
 Anak 3-6 thn Rp. 11,000
Paket Prambanan - Ratu Boko : Rp. 30,000

Sebagai backpacker, tentu kami tidak melewatkan paket hemat. :P Harga tiket paket termasuk tiket masuk ke kedua tempat wisata tersebut dan shuttle Prambanan-Ratu Boko-Prambanan yang diparkir tak jauh dari loket. Ketika kami sampai di Prambanan, kebetulan shuttle sudah akan berangkat ke Ratu Boko, jadi kami pun ikut. Jarak Prambanan-Ratu Boko ternyata tidak terlalu dekat dan jalurnya cukup sulit dijangkau jika menggunakan angkutan umum. Mungkin itu sebabnya diadakan paket hemat Prambanan-Ratu Boko dengan shuttle, agar Ratu Boko lebih dikenal oleh wisatawan. Waktu tempuh Prambanan-Ratu Boko dengan shuttle bus kurang lebih 20-25 menit. Sampai di depan loket situs Candi Ratu Boko, ternyata kami harus membayar karena membawa kamera, sebesar Rp. 5,000. Menurut saya, yang menarik dari situs Candi ini adalah jalur dari loket sampai ke ujung kawasan situs ini adalah jalurnya agak menanjak, jadi seperti tracking line. Tak berapa jauh dari loket, saya melihat ada beberapa kijang yang sedang merumput. Saya mencoba naik setinggi mungkin hingga berhasil hingga ke wilayah Candi yang paling atas. Ada bagian dari situs ini yang bisa melihat kawasan Candi Prambanan dari jauh. Semakin kami berusaha menjelajahi kawasan ini, semakin kami menyadari bahwa kawasan Candi ini sangat luas. Namun, penjelajahan kami harus terhenti karena gerimis mulai turun dan semakin deras hingga kami harus berlari kencang hingga ke tempat parkir.

Ketika mobil shuttle sampai di Candi Prambanan, hujan masih turun. Kami menunggu hingga agak reda dan memutuskan untuk mulai berkeliling Candi Prambanan dengan berbekal payung sewaan. Candi Prambanan merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa buah bangunan candi. Setelah puas berfoto di tiap candi, kami bergerak menuju pintu keluar. Ternyata ada band yang sedang memainkan lagu-lagu lama. Hampir sampai pintu keluar ada semacam pasar kaget. Di sana menjual beberapa makanan dan jajanan kaki lima. Lalu kira-kira 1 meter di depannya menjual berbagai barang khas Jogja, barang-barang bernuansa batik. Di sini kami kembali hunting barang untuk oleh-oleh. Seperti pasar pada umumnya, kita harus pandai menawar untuk mendapatkan harga yang bagus :). Sepertinya kami terlalu lama menawar, sehingga mendung yang sudah terlihat sejak kami beranjak keluar, tiba-tiba menurunkan hujan yang cukup lebat. Kami menawar dengan cepat becak yang berada di pintu keluar, untuk mengantarkan kami ke halte Trans Jogja Prambanan. Sampai halte, ternyata sudah penuh dengan orang yang menunggu bus, sehingga kami berteduh di pinggir halte. Untungnya kami tidak perlu menunggu bus terlalu lama. Kami ternyata 1 bus dengan serombongan peserta tour, yang seolah menguasai pembicaraan di bus, sehingga penumpang bus yang lain hanya menonton mereka berbincang.

Kami berempat turun di halte Malioboro dan sepakat untuk mencari makan siang yang terlambat :P. Kami lalu memilih bakso seharga Rp. 10,000 per porsi dan lumpia goreng seharga Rp. 1,500 per buah. Setelah perut kenyang, kami berpisah. Wulan dan Siska kembali ke hotel mereka yang memang berlokasi di sekitar Malioboro, sedangkan aku dan Rani meneruskan perjalanan ke pasar malam Sekaten di Alun-Alun untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Terus terang, pasar malamnya jauh berbeda dari ekspektasi kamu. Pasar malam yang kami datangi tak ubahnya kumpulan pedagang yang hanya berpindah tempat. Harga yang ditawarkan pun cukup mahal dan tak ada jajanan maupun mainan khas pasar malam.

Karena tidak mendapatkan apa yang kami inginkan, maka kami berjalan ke arah Monumen Serangan Umum 1 Maret. Kami duduk di bangku sekitar monumen tersebut untuk beristirahat dan memikirkan tujuan selanjutnya. Rani tak melewatkan untuk mencoba wedang ronde yang sedang dijajakan. Nah saat itulah kami melihat sekotak bakpia milik sepasang muda mudi yang duduk di sebelah kami. Kami pun bertanya kepada mereka dimana dapat membeli bakpia itu. Mereka menyarankan untuk minta diantarkan tukang becak ke bakpia 25. Mereka mengingatkan untuk minta diantarkan ke pabriknya jangan ke tokonya, karena produk di pabrik fresh from the oven. Tanpa pikir panjang, kami berdua mencari becak terdekat.

Bakpia 25 yang saya datangi merupakan pusat produksi disertai toko kecil di depannya. Ternyata di bakpia 25 tidak hanya menjual bakpia, tapi juga beberapa jajanan khas Jogja lainnya. Namun, karena tujuan ke sana adalah bakpia, tentu saja aku memborong bakpia untuk oleh-oleh. Ada 2 ukuran kotak yang ditawarkan, isi 15 buah seharga Rp. 18.000 dan 20 buah seharga Rp. 22.000. Isinya pun beragam, ada kacang hijau, kacang hitam, cokelat, dan keju. Di sini juga memiliki layanan delivery dengan minimal order 10 kotak. Kontaknya adalah :
Bakpia Pathok 25
oleh-oleh khas Jogja
Jl. Sanggarahan Pathuk NG I / 504
Phone (0274) 513904, 566122.
Kami memutuskan untuk menggunakan layanan tersebut dengan alasan agar bakpia yang kami bawa pulang adalah bakpia terbaru. Setelah memesan beberapa kotak bakpia untuk diantar besok siang ke hotel, kami memutuskan kembali ke malioboro, tempat tunggu mobil shuttle hotel.

Dalam perjalanan menuju malioboro, abang becak menawarkan kami ke daerah alun-alun karena ada festival sepeda hias. Namun, karena jadwal wisata hari ini sangat padat sehingga tubuh sangat lelah, kami terpaksa menolak tawaran yang menggiurkan itu. Tempat temu kami adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta UPT pengelolaan Kawasan Malioboro. Beruntungnya kami, karena saat itu ada Atraksi Kesenian Wisata Budaya tahun 2011 di sana. Sambil menunggu pesanan bebek goreng untuk makan malam kami di hotel, kami sempat menonton sedikit Atraksi Kesenian dari barisan bangku paling belakang. Pengemudi mobil shuttle hotel sungguh baik hati, mau menunggu kami membeli bebek goreng, meskipun waktu sudah melebihi jadwal shuttle. Sisa waktu malam itu kami habiskan dengan makan malam bebek goreng, bersih-bersih diri, dan langsung tergolek tidur.

Monday, June 6, 2011

Day One at Jogjakarta

Hari Ke 1 - Jum'at, 11 Februari 2011
Jadwal di tiket seharusnya sudah sampai di Yogyakarta pada pukul 4.30 pagi. Namun, kereta sempat beberapa kali berhenti, sehingga kami sampai di Stasiun Tugu Yogyakarta pada pukul 5.30 pagi. Karena masih cukup pagi dan kami berdua sedang libur sholat (baca : haid), maka yang pertama ada di otak kami adalah sarapan. :P Sebelumnya kami menyempatkan untuk bersih-bersih (a.k.a buang air kecil dan cuci muka) di toilet Stasiun. Toilet dan airnya bersih, serta GRATIS. ;)

Berbekal sedikit googling sebelum berangkat, kami memutuskan untuk mencari sarapan di sekitar pasar Beringharjo yang "katanya" tak jauh dari Stasiun Tugu. Sesuai dengan arahan petugas stasiun, kami keluar dari pintu Selatan dan belok kiri. Di depan gerbang stasiun, kami langsung ditawari becak Rp. 5.000,- sampai malioboro. Karena kami fikir tak jauh, maka kami memutuskan untuk jalan kaki hingga bertemu lampu merah pertama, lalu belok kanan. Disitulah jalan malioboro dimulai sepanjang kira-kira 1 km. Tak jauh dari belokan, kami melihat ada jajanan gudeg. Tanpa fikir panjang, kami memesan nasi gudeg dengan ayam (maklum lapar sekali). Gudeg yang kami pesan seharga Rp. 10.000 karena pake ayam. Saya lihat ada abang becak pesan nasi gudeg dengan tahu seharga Rp. 4.000.

Setelah perut kenyang, kami baru bisa berfikir jernih. hehehe.. Kami memutuskan untuk mencari Halte TransYogya terdekat, karena menurut hasil googling bis tersebut melewati beberapa tempat pariwisata. Bis TransYogya mirip seperti bis TransJakarta, bedanya ukuran bis dan haltenya lebih kecil dari TransJakarta. Harga tiketnya pun lebih murah, yaitu Rp. 3.000.

Kami pun me-"wawancara"i mba petugas tiket tentang tujuan wisata yang dilewati bis tersebut. Karena jadwal check-in hotel jam 2 siang, yang artinya masih lama sekali, kami memutuskan Candi Borobudur sebagai tujuan wisata pertama. Dari halte Malioboro, kami transit di halte K.H. Ahmad Dahlan, berganti bis menuju halte Jombor. Halte bis TransYogya Jombor berada di dalam terminal bis AntarKota Jombor. Kami keluar halte bis TransYogya untuk mencari bis menuju Borobudur - Magelang. Bis ekonomi Antarkota Yogya - Borobudur mengantarkan kami ke Borobudur sekitar 45 menit kemudian dengan ongkos Rp. 10.000 per orang. Kami beruntung karena jalur menuju Magelang sudah dibuka sejak ada lumpur dingin dan musibah meletusnya gunung Merapi, sehingga lalu lintas cukup lancar. Menurut supir bis, sebelumnya jalur di sekitar lumpur dingin diberlakukan konsep buka-tutup jalan, sehingga bisa menghabiskan 2 jam untuk trayek Yogya - Borobudur. Aku fikir bis tersebut akan langsung mengantarkan kami di depan gerbang tempat wisata Candi Borobudur, tapi ternyata tidak. Bis sempat transit di Terminal Drs. Prajitno - Mutilan, Magelang, dan tujuan akhir bis tersebut adalah Terminal Borobudur di Magelang.

Dari terminal tersebut, banyak becak yang berebut menawarkan jasanya. Di Magelang terdapat 3 candi, yaitu Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Pawon. Jasa becak untuk ke masing-masing Candi adalah Rp. 20.000 PP (Terminal - Candi - Terminal). Perlu diketahui, bis antarkota yang kami tumpangi melewati Candi Mendut sebelum berhenti di terminal Magelang. Saat di perjalanan menuju Candi Borobudur, abang becak "merayu" kami untuk sekalian ke 2 candi lainnya. Namun, karena kami telah melihat Candi Mendut, sepakat untuk melihat Candi Pawon dan Candi Borobudur. Dengan berbekal bahasa Jawa sebisanya, saya mencoba menawar jasa becak dari yang seharusnya Rp. 40.000 / 2 Candi menjadi Rp. 35.000 dan tiket Candi Pawon kami berdua dibiayai oleh abang becak.

Setiba di Candi Pawon, kami cukup terkejut karena hanya terdapat 1 buat candi kecil dan lokasinya berada di tengah-tengah perumahan penduduk. Tiket masuk Candi Pawon seharga Rp. 3.000/orang. Setelah puas berfoto, yang ditonton oleh penduduk lokal, kami melanjutkan perjalanan ke Candi Borobudur. Tiket Candi Borobudur untuk Senin-Jumat Rp. 20.000/orang, sedangkan untuk Sabtu dan Minggu Rp. 23.000/orang. Berhubung belum sempat ke Hotel, kami masih membawa tas pakaian. Tas dan barang bawaan kami titipkan di tempat penitipan barang di dekat loket tiket masuk. Beruntung, abang becak kami mengetahui spot2 bagus untuk berfoto bahkan ia cukup jago menggunakan digital  camera, sehingga aku dan Rani bisa sering foto berdua. :)

Terakhir aku mengunjungi Candi Borobudur adalah ketika aku masih kecil, mungkin usia SD. Sehingga satu2nya ingatan tentang tempat wisata ini hanyalah Candi yang besar dan bertingkat. :P Abang becak yang menemani kami sungguh mirip seperti tour guide, dia yang memberitahu bahwa ada wisata lain selain Candi di tempat itu, antara lain Museum Kapal Perang dan tempat pelatihan Gajah. Saya merasa Harga Tiket Masuk seharga Rp. 20.000 sungguh tidak sia-sia.

Sesuai kesepakatan, abang becak mengantarkan kami kembali ke Terminal. Sebelum naik bis, kami sempatkan makan siang di Terminal. Perjalanan pulang ke Jogjakarta terasa lebih lama karena kami sudah sangat lelah. Sampai di terminal Jombor, kami langsung bertanya kepada petugas, angkutan menuju hotel Hyatt. Katanya, naik bis TransYogya sampai halte Monali, lalu ada angkutan umum warna hijau yang menuju ke sana. Cukup lama kami menunggu angkutan umum warna hijau itu Monali, akhirnya kami memutuskan untuk menyetop taxi dan menawar Rp.10.000 sampai Hotel Hyatt. Proses check in mudah dan cepat, sehingga kami bisa segera beristirahat. Sampai di kamar, kami bergantian mandi lalu tidur pulas sampai ashar. :)

Kami mencari makan malam di sekitar hotel, dan pilihan kami jatuh Mie Jawa Pak Kumis. Seporsi mie dikenai harga Rp. 7.000 saja, tidak jauh berbeda dengan harga di Jakarta memang. Namun alhamdulillah, nikmat dan kenyang. Pulang dari warung Pak Kumis, kami sempat mampir membeli martabak. Saat abangnya difoto, dia minta di tag di Facebook. Sungguh penjual yang gaol. :P Martabaknya cukup enak, namun sayang belum sedahsyat martabak langganan saya di Jakarta. Kami menikmati martabak keju di kamar hotel sambil mengobrol dan menonton tv. Tak lama kemudian, kami terlelap. G sabar nunggu hari esok.. ^_^