Friday, August 19, 2011

Day Two At Jogjakarta

lanjutan dari Day One at Jogjakarta

Hari ke 2 - Sabtu, 12 Februari 2011
Kami memutuskan untuk mengunjungi tempat wisata di sekitar pusat kota dan menghabiskan waktu seharian penuh. Pilihan pertama kami jatuh kepada Keraton Kesultanan, tempat Sultan Hamengkubuwono tinggal dan bekerja. Keraton merupakan simbol Kerajaan, sistem pemerintahan yang membedakan Jogjakarta dengan Provinsi lainnya. Ternyata pilihan kami tak salah. Disana, kami berkenalan dengan 2 orang gadis manis semi backpacker seperti kami, Wulan dan Siska. Harga Tiket masuk Keraton Jogja Rp. 5,000 per orang ditambah Rp. 1,000 per kamera. Tiket bisa dibeli di dekat pintu masuk Keraton, tempatnya seperti semacam teras rumah jawa kuno. Setelah membeli tiket, kami langsung mendapatkan tour guide.

Bagi saya yang lemah menghafal sejarah, penjelasan dari tour guide terlalu terburu-buru. Namun saya maklum, mengingat banyak sekali turis lokal dan asing yang datang pada hari Sabtu itu. Kami diperkenalkan kepada tempat Sultan biasa mengadakan pertemuan dengan tamu penting, kantor tempat kerja, rumah tempat kediaman, dan tempat pentas seni tradisional. Seni yang saat itu dipentaskan adalah wayang kulit. Terakhir, kami dibawa masuk ke museum Keraton yang berisi barang-barang kuno yang dipergunakan oleh Sultan Hamengkubuwono I hingga sekarang. Namun, ada bagian museum yang tidak diperbolehkan untuk dipotret, berisi antara lain kain batik asli Jogja yang dibuat dengan tangan. Di Keraton kami juga dapat melihat para abdi dalem yang sedang bertugas di tempatnya masing-masing. Sangat menarik!

Selesai berkeliling Keraton, kami sangat lapar. Kebetulan saya dan Rani memang belum sarapan. Jadi tujuan selanjutnya mencari brunch (breakfast lunch), karena saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 10. Wulan dan Siska pun sepakat. :) Berhubung perut sudah tak mau menunggu, akhirnya kami berempat mencari makanan khas Jogja di sekitar Keraton. Kami menemukan banyak penjual Nasi Gurih di Alun-alun, tak begitu jauh dari Keraton. Nasi gurih terdiri dari : nasi kuning, tempe orek, kacang kedelai, kol, daun kemangi, timun, dan kerupuk kulit. Seporsi dikenai harga Rp. 5,000. Setelah perut kenyang kami memutuskan untuk pergi ke tempat wisata selanjutnya yaitu : Candi Prambanan. Dari Alun-alun, kami naik becak dengan harga sewa Rp. 5,000 sampai ke Halte Trans Jogja terdekat, yaitu di depan kantor pos Alun-alun.

Candi Prambanan letaknya cukup jauh dari alun-alun kota, karena berada di ujung kota dekat dengan airport Adisutjipto, namun dapat dicapai dengan bis Trans Jogja. Kami menempuh kira-kira 20 menit perjalanan dari halte di depan kantor pos hingga halte Prambanan. Di depan halte Prambanan terdapat beberapa delman yang berjejer dan siap mengantar kita menuju pintu masuk Candi Prambanan. Sebenarnya Halte Prambanan itu letaknya persis di seberang kawasan Candi Prambanan. Tapi, cukup jauh untuk mencapai loketnya dengan berjalan kaki. Untuk menghemat tenaga dan juga merasakan aura Jogja yang kental, kami berempat memutuskan untuk menyewa delman hingga depan loket tiket Candi Prambanan. Sekali lagi, berbekal bahasa Jawa semaksimal mungkin saya menawar harga sewa delman hingga Rp. 10,000. Sampai di depan loket, saya dikejutkan dengan poster yang di tempel di depan loket. Ada paket hemat Candi Prambanan dan Candi Ratu Boko. Bukan paket hemat yang buat saya terkejut, tapi karena saya belum pernah dengar nama Candi Ratu Boko sebelumnya. As I mentioned, nilai mata pelajaran Sejarah saya memang kurang bagus. :D

Berikut Harga Tiket Masuk Wisatawan Nusantara (last updated 12 Februari 2011) :
Senin-Jumat
 Umum           Rp. 20,000
 Anak 3-6 thn Rp. 10,000
Sabtu, Minggu dan Libur Nasional
 Umum           Rp. 23,000
 Anak 3-6 thn Rp. 11,000
Paket Prambanan - Ratu Boko : Rp. 30,000

Sebagai backpacker, tentu kami tidak melewatkan paket hemat. :P Harga tiket paket termasuk tiket masuk ke kedua tempat wisata tersebut dan shuttle Prambanan-Ratu Boko-Prambanan yang diparkir tak jauh dari loket. Ketika kami sampai di Prambanan, kebetulan shuttle sudah akan berangkat ke Ratu Boko, jadi kami pun ikut. Jarak Prambanan-Ratu Boko ternyata tidak terlalu dekat dan jalurnya cukup sulit dijangkau jika menggunakan angkutan umum. Mungkin itu sebabnya diadakan paket hemat Prambanan-Ratu Boko dengan shuttle, agar Ratu Boko lebih dikenal oleh wisatawan. Waktu tempuh Prambanan-Ratu Boko dengan shuttle bus kurang lebih 20-25 menit. Sampai di depan loket situs Candi Ratu Boko, ternyata kami harus membayar karena membawa kamera, sebesar Rp. 5,000. Menurut saya, yang menarik dari situs Candi ini adalah jalur dari loket sampai ke ujung kawasan situs ini adalah jalurnya agak menanjak, jadi seperti tracking line. Tak berapa jauh dari loket, saya melihat ada beberapa kijang yang sedang merumput. Saya mencoba naik setinggi mungkin hingga berhasil hingga ke wilayah Candi yang paling atas. Ada bagian dari situs ini yang bisa melihat kawasan Candi Prambanan dari jauh. Semakin kami berusaha menjelajahi kawasan ini, semakin kami menyadari bahwa kawasan Candi ini sangat luas. Namun, penjelajahan kami harus terhenti karena gerimis mulai turun dan semakin deras hingga kami harus berlari kencang hingga ke tempat parkir.

Ketika mobil shuttle sampai di Candi Prambanan, hujan masih turun. Kami menunggu hingga agak reda dan memutuskan untuk mulai berkeliling Candi Prambanan dengan berbekal payung sewaan. Candi Prambanan merupakan kawasan yang terdiri dari beberapa buah bangunan candi. Setelah puas berfoto di tiap candi, kami bergerak menuju pintu keluar. Ternyata ada band yang sedang memainkan lagu-lagu lama. Hampir sampai pintu keluar ada semacam pasar kaget. Di sana menjual beberapa makanan dan jajanan kaki lima. Lalu kira-kira 1 meter di depannya menjual berbagai barang khas Jogja, barang-barang bernuansa batik. Di sini kami kembali hunting barang untuk oleh-oleh. Seperti pasar pada umumnya, kita harus pandai menawar untuk mendapatkan harga yang bagus :). Sepertinya kami terlalu lama menawar, sehingga mendung yang sudah terlihat sejak kami beranjak keluar, tiba-tiba menurunkan hujan yang cukup lebat. Kami menawar dengan cepat becak yang berada di pintu keluar, untuk mengantarkan kami ke halte Trans Jogja Prambanan. Sampai halte, ternyata sudah penuh dengan orang yang menunggu bus, sehingga kami berteduh di pinggir halte. Untungnya kami tidak perlu menunggu bus terlalu lama. Kami ternyata 1 bus dengan serombongan peserta tour, yang seolah menguasai pembicaraan di bus, sehingga penumpang bus yang lain hanya menonton mereka berbincang.

Kami berempat turun di halte Malioboro dan sepakat untuk mencari makan siang yang terlambat :P. Kami lalu memilih bakso seharga Rp. 10,000 per porsi dan lumpia goreng seharga Rp. 1,500 per buah. Setelah perut kenyang, kami berpisah. Wulan dan Siska kembali ke hotel mereka yang memang berlokasi di sekitar Malioboro, sedangkan aku dan Rani meneruskan perjalanan ke pasar malam Sekaten di Alun-Alun untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Terus terang, pasar malamnya jauh berbeda dari ekspektasi kamu. Pasar malam yang kami datangi tak ubahnya kumpulan pedagang yang hanya berpindah tempat. Harga yang ditawarkan pun cukup mahal dan tak ada jajanan maupun mainan khas pasar malam.

Karena tidak mendapatkan apa yang kami inginkan, maka kami berjalan ke arah Monumen Serangan Umum 1 Maret. Kami duduk di bangku sekitar monumen tersebut untuk beristirahat dan memikirkan tujuan selanjutnya. Rani tak melewatkan untuk mencoba wedang ronde yang sedang dijajakan. Nah saat itulah kami melihat sekotak bakpia milik sepasang muda mudi yang duduk di sebelah kami. Kami pun bertanya kepada mereka dimana dapat membeli bakpia itu. Mereka menyarankan untuk minta diantarkan tukang becak ke bakpia 25. Mereka mengingatkan untuk minta diantarkan ke pabriknya jangan ke tokonya, karena produk di pabrik fresh from the oven. Tanpa pikir panjang, kami berdua mencari becak terdekat.

Bakpia 25 yang saya datangi merupakan pusat produksi disertai toko kecil di depannya. Ternyata di bakpia 25 tidak hanya menjual bakpia, tapi juga beberapa jajanan khas Jogja lainnya. Namun, karena tujuan ke sana adalah bakpia, tentu saja aku memborong bakpia untuk oleh-oleh. Ada 2 ukuran kotak yang ditawarkan, isi 15 buah seharga Rp. 18.000 dan 20 buah seharga Rp. 22.000. Isinya pun beragam, ada kacang hijau, kacang hitam, cokelat, dan keju. Di sini juga memiliki layanan delivery dengan minimal order 10 kotak. Kontaknya adalah :
Bakpia Pathok 25
oleh-oleh khas Jogja
Jl. Sanggarahan Pathuk NG I / 504
Phone (0274) 513904, 566122.
Kami memutuskan untuk menggunakan layanan tersebut dengan alasan agar bakpia yang kami bawa pulang adalah bakpia terbaru. Setelah memesan beberapa kotak bakpia untuk diantar besok siang ke hotel, kami memutuskan kembali ke malioboro, tempat tunggu mobil shuttle hotel.

Dalam perjalanan menuju malioboro, abang becak menawarkan kami ke daerah alun-alun karena ada festival sepeda hias. Namun, karena jadwal wisata hari ini sangat padat sehingga tubuh sangat lelah, kami terpaksa menolak tawaran yang menggiurkan itu. Tempat temu kami adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan kota Yogyakarta UPT pengelolaan Kawasan Malioboro. Beruntungnya kami, karena saat itu ada Atraksi Kesenian Wisata Budaya tahun 2011 di sana. Sambil menunggu pesanan bebek goreng untuk makan malam kami di hotel, kami sempat menonton sedikit Atraksi Kesenian dari barisan bangku paling belakang. Pengemudi mobil shuttle hotel sungguh baik hati, mau menunggu kami membeli bebek goreng, meskipun waktu sudah melebihi jadwal shuttle. Sisa waktu malam itu kami habiskan dengan makan malam bebek goreng, bersih-bersih diri, dan langsung tergolek tidur.

Wednesday, August 17, 2011

Hunting Ice Cream

Saya dan Ibas sangat suka ice cream. Kami bisa loh jalan ke lokasi yang cukup jauh hanya untuk menikmati ice cream, lalu pulang. :D Kami juga memegang teguh prinsip ekonomi, "dengan pengeluaran sedikit-dikitnya, harus mendapatkan pendapatan sebanyak-banyaknya". :P Pertama kali saya tau website dealkeren, ketika sedang browsing info diskon suatu barang. Saat itu kantor dealkeren masih di Gedung Cyber dan masih memakai bendera lama. Sejak itu saya selalu browsing websitenya untuk lihat ada deal apa setiap harinya.

Kembali ke cerita saya dan Ibas. Saking sukanya ice cream, setiap ada deal ice cream, pasti kami beli. Hehehe.. Yang kemarin terakhir kami beli adalah voucher Gelatissimo.
Gelatissimo menawarkan berbagai varian rasa gelato dan sorbetto yang pastinya membuat kamu ingin langsung datang dan mencicipi semua rasanya. Untuk yang takut makan gelato karena kandungan lemaknya, kamu tidak perlu khawatir, karena gelato memiliki kandungan lemak yang sangat rendah yaitu hanya 8% dan tentu saja lebih sehat dibandingkan dengan kebanyakan es krim premium.
Itu penjelasan dari website dealkeren mengenai Gelatissimo. Sehat dan g bikin gemuk. that's the point.. hehehehe.. Saya fikir tadinya ice cream rendah lemak itu rasanya bakalan aneh. Eh, ternyata enggak loh. Rasanya enak banget dan yang terpenting sehat dan rendah lemak.

Kita harus pilih outlet ketika akan beli vouchernya. Berikut lokasi outlet Gelatissimo di Jakarta :
1. Gelatissimo Senayan City : Jl. Asia Afrika, Jakarta Selatan
2. Gelatissimo Mall Kelapa Gading : Jl. Kelapa Gading Boulevard Blok M, 14240 – Jakarta Utara
3. Gelatissimo Mall Grand Indonesia : Jl. MH. Thamrin Kav. 28 – 30, 10350 – Jakarta Pusat
4. Gelatissimo Mall Pacific Place : Jl. Jend. Sudirman Kav. 52 – 53, 12190 – Jakarta Selatan
5. Gelatissimo Pondok Indah Mall 2 : Jl. Metro Pondok Indah, Pondok Indah 12310 – Jakarta Selatan
Saya beli 3 voucher di Outlet Senayan City dan 3 voucher di outlet Kelapa Gading.

Saat menggunakan voucher di Senayan City, tadinya kami mau beli yang reguler saja, 3 scoop masing-masing. Tapi tergoda untuk membeli sundaes nya, harganya memang lebih mahal yaitu Rp. 75.000,- per gelas (exclude ppn), tapi kami tak khawatir karena ada voucher dealkeren, jadi jatuhnya lebih murah. hehehehe... ini penampakannya si gadis manis makan ice cream sundaes.