Sunday, November 3, 2013

She is not a baby anymore



Alhamdulillah, She is not a baby anymore. Happy Birthday my little Afiqah :)

Sunday, July 21, 2013

Untuk memiliki rumah itu banyak pertimbangannya, ya?

Bermula dari melihat status salah satu teman yang menawarkan untuk membeli rumah melalui salah satu developer, saya jadi teringat akan keinginan saya (yang kini menjadi keinginan bersama Ibas) untuk memiliki paling tidak sebuah rumah sendiri. Rumah sendiri yang saya maksudkan di sini adalah rumah yang layak, bukan hanya sekedar bangunan dari bahan seadanya, memiliki kekuatan hukum yang kuat, dan atas nama saya. Saat ini memang kami sudah tinggal terpisah dari orang tua kami, namun masih mengontrak rumah orang lain. Karena hal itu adalah pilihan terbaik kami saat ini. Namun, secara realistis ternyata untuk dapat memiliki rumah yang diinginkan tidak semudah yang saya fikirkan. Berikut beberapa pertimbangan yang menurut saya lumayan (kalau tidak dapat dibilang sangat) mempengaruhi realisasi keinginan tersebut.


1. Harga tanah (dan rumah) dan kemampuan finansial 
Harga tanah dan rumah semakin hari akan semakin naik. Mengapa begitu? Kalau menurut analisa saya sebagai orang awam, itu karena semakin banyaknya permintaan rumah sebanding lurus dengan pertambahan jumlah penduduk di Jakarta ini. Namun keinginan memiliki rumah akan sangat sulit direalisasikan jika kemampuan finansial tidak memadai. Kemampuan finansial didapat dari pemasukan hasil wirausaha maupun gaji sebagai pegawai yang HARUS lebih besar daripada pengeluaran. Kemampuan finansial ini seolah berkejar-kejaran dengan harga rumah itu sendiri. Jika kita tidak berlari lebih kencang, atau meminta bantuan lain untuk mengejar, maka kita tidak akan dapat menangkap harga rumah yang kita inginkan. 

2. Jarak antara rumah dengan tempat kerja 
Untuk para pegawai (seperti yang saya jalani saat ini) yang bekerja di Jakarta, pertimbangan ini cukup penting. Mengapa? Waktu kerja umumnya menghabiskan waktu 9 jam sehari, yaitu dari pukul 8 pagi sampai dengan pukul 17 sore. Waktu tempuh dari rumah ke kantor dan dari kantor ke rumah yang wajar menurut saya tidak lebih dari 1 jam. Sehingga, kita harus berangkat paling tidak jam 7 pagi dari rumah dan akan sampai rumah jam 18 sore. Untuk mencapai suatu tempat di jakarta dari jarak yang dekat saja dapat menghabiskan waktu yang banyak karena macetnya, maka dapat dibayangkan jika jarak rumah cukup jauh dari kantor. Sangat mungkin terjadi kita harus berangkat dari pukul 5 pagi dan akan sampai di rumah pukul 20 malam. Jadi jam berapa kita harus bangun dan pergi tidur? Hanya berapa jam yang dapat kita nikmati untuk tidur ketika hari kerja? Hanya berapa jam yang dapat kita nikmati untuk bercengkerama dengan orang yang kita sayang ketika hari kerja? 

3. Jarak antara rumah dengan rumah orang tua 
Bagi kita yang tinggal 1 kota dengan orang tua, pertimbangan ini seringkali muncul ketika menentukan akan tinggal dimana, baik yang masih single maupun yang sudah berkeluarga. Buat saya yang belum lama berkeluarga, jujur ini penting ketika masih memiliki anak yang berusia di bawah 5 tahun. Setelah berkeluarga dan memiliki anak, saya masih ingin bekerja. Bukan karena saya ambisius terhadap karir. Namun, dengan bekerja saya dapat membantu Ibas untuk menambah pemasukan keluarga dan mewujudkan mimpi-mimpi kami kepada keluarga kami. Bekerja merupakan pilihan yang saya ambil saat ini, dan tentu ada konsekuensinya. Anak saya yang masih kecil tentu tidak dapat ditinggal di rumah sendirian, apalagi dibawa ke tempat saya bekerja. Saya juga termasuk yang kurang dapat percaya 100% kepada pengasuh, sekalipun ia tenaga profesional. Saya ingin menitipkan anak saya kepada orang yang dapat mencintainya paling tidak sebesar saya mencintainya, bukan hanya sekedar menjaga dan mengasuhnya. Maka pilihan saya jatuh kepada orang tua saya. Sungguh, bukan maksud saya untuk menyusahkan dan merepotkan kedua orang tua saya yang sudah tidak muda lagi. Tapi, saya sungguh hanya ingin mencari solusi terbaik bagi semuanya. Semoga pilihan saya diridhoi Allah SWT. Alhamdulillah, kedua orang tua saya setuju untuk membantu saya menjaga Afiqah.

4. Keamanan dan kenyamanan 
Keamanan rumah mungkin menjadi salah satu hal terpenting bagi semua orang. Baik memiliki rumah yang besar dan mewah, maupun yang yang memiliki rumah yang kecil dan sederhana. Kenyamanan juga pasti diinginkan semua orang. Seperti yang banyak orang katakan, "Home sweet home", atau "Rumahku adalah Istanaku". Kenyamanan yang didefinisikan oleh masing-masing orang memang dapat berbeda. Dalam definisi saya, kenyamanan dapat diartikan adanya kehangatan yang dirasakan semua orang yang tinggal bersama, dapat menjadi diri sendiri, tidak malu untuk memberikan kebaikan kepada satu sama lain. :) 

5. Jarak antara rumah dengan tempat-tempat fungsional (rumah sakit, pasar, sekolah anak) 
Selain poin nomor 2, poin ini juga merupakan salah satu pertimbangan yang banyak difikirkan oleh kebanyakan orang-orang yang sudah berkeluarga. Keluarga yang memang cukup sering memasak tentunya akan sangat senang jika rumahnya tak jauh dari pasar. Untuk membeli beberapa barang kebutuhan rumah tangga mungkin memang dapat dibeli sekali seminggu ataupun sekali sebulan di supermarket yang agak jauh dari rumah. Namun, untuk membeli bahan makanan fresh, seperti ayam, ikan, daging, buah, dan sayur, tentunya lebih enak jika dibeli tak lama sebelum akan diolah, yaitu setiap pagi. Untuk orang-orang yang sudah memiliki anak, jarak antara rumah dan sekolah anak juga penting. Para orang tua tentu tidak ingin anak mereka terlambat sampai di sekolah. Mereka juga mungkin tidak tega untuk membangunkan anak mereka sangat pagi hanya karena sekolahnya jauh dari rumah. 

6. Jarak antara rumah dengan akses angkutan umum 
Tidak semua orang punya dan mampu punya kendaraan pribadi (materi baru nih :P). Sehingga angkutan umum adalah pilihan terbaik untuk membantu aktifitasnya. Apalagi saya, yang termasuk malas dan "agak" penakut untuk mengendarai kendaraan sendiri (apapun kendaraannya), lebih memilih naik angkutan umum. Kenapa? Karena naik angkutan umum itu dijamin tidak nyasar (asal tahu trayeknya saja), lebih enak untuk mengamati keadaan di sepanjang jalan (ini sih kebiasaan saya saja suka mengamati sesuatu hal atau bahkan sekedar membaca tulisan-tulisan yang terlihat). Nah, akses untuk mendapatkan angkutan umum dari rumahnya tentu adalah hal yang patut dipertimbangkan. Saya pernah ke rumah salah seorang kenalan yang berada di komplek mewah. Rumah dia itu terletak di ujung komplek tersebut. Oke, saya maklum jika mungkin tidak ada angkutan umum di dalam komplek rumahnya. Tapi ini lebih parah dari itu, tidak angkutan umum yang lewat di depan gerbang komplek rumahnya. Sejak saat itu, saya kapok main ke rumahnya, kecuali jika naik taxi atau diantar jemput ke tempat yang ada akses angkutan umumnya. :P 

7. Luas tanah dengan jumlah orang yang akan menempati 
Poin ini sebenarnya untuk mendukung poin kenyamanan yang ada di poin 4. Jika luas tanah / bangunan tidak mencukupi untuk orang-orang yang akan tinggal tentu tidak nyaman. Sebaliknya jika luas tanah / bangunan jauh melebihi kecukupan untuk jumlah orang yang akan menempati rumah tersebut, menurut saya akan mengurangi kehangatan keluarga yang saya bahas di poin 4. Beberapa orang bilang bahwa poin ini dapat "diakalin". Maksudnya adalah jika tanah / bangunannya kecil, sedangkan orang yang akan menempatinya lebih banyak, maka dapat dibangun bertingkat ke atas atau ke bawah menyesuaikan kebutuhan. Namun, ini akan memunculkan masalah baru. Untuk naik turun rumah bertingkat banyak tentu akan mengurangi kenyamanan tinggal di rumah tersebut. Hehehe... 

8. Apakah rawan bencana (kebakaran, banjir, gempa)? 
Setelah hidup selama lebih dari 20 tahun (jumlah aslinya rahasia, ya? :P), saya mengalami atau melihat banyak bencana yang terjadi di berbagai belahan dunia ini. Bencana memang bukan hal yang dapat disangka-sangka kapan waktunya dan terjadi di mana. Namun, kita sebagai manusia dapat melihat adanya potensi-potensi dari sebuah tempat mengalami sebuah bencana. Misalnya saja kebakaran. Suatu perumahan padat penduduk dengan ilmu wawasan dan kesadaran yang rendah dapat menyebabkan sering terjadinya kebakaran. Seringkali kebakaran terjadi hanya karena hal-hal yang dianggap sepele, seperti membuang puntung rokok (yang masih menyala, walau sedikit) sembarangan, menggunakan karburator gas yang kendor, selang gas yang bocor (halus), menaruh lilin sembarangan, membiarkan anak kecil bermain api tanpa penjagaan, dan lain sebagainya. Banjir pun demikian. Tak dapat dipungkiri, banjir yang sering terjadi di Indonesia (terutama Jakarta) sebagian besar alasannya adalah karena menumpuknya sampah di pembuangan air. 

9. Jalan menuju rumah dapat dilewati kendaraan (roda 2 dan roda 4) 
Pertimbangan yang satu ini sebenarnya tidak hanya difikirkan oleh orang-orang yang memiliki kendaraan pribadi, namun juga bagi yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Mengapa? Alasan pertama adalah, tentunya akan lebih nyaman jika kita tidak harus berjalan di gang yang sempit untuk dapat pulang dan pergi ke dan dari rumah kita. Alasan selanjutnya, agar adanya akses untuk angkutan umum melewati jalur rumah kita seperti yang saya inginkan di poin 6. Dan mungkin akan banyak alasan lainnya. 

10.Tanah yang ada dapat membangun garasi untuk kendaraan yang dimiliki (roda 2 dan roda 4) 
Hal ini penting bagi orang yang memiliki kendaraan pribadi agar keamanan kendaraannya lebih terjaga. Jika poin ini terpenuhi, maka juga akan membawa kenyamanan bagi orang yang tinggal di sekitar rumah kita maupun yang melewati rumah kita. Sering saya temui banyak sekali kendaraan (roda 2 ataupun roda 4) yang diparkir di depan sebuah rumah. Hal itu membuat jalan / gang rumah tersebut menjadi sulit dilalui. 


Pertimbangan-pertimbangan saya di atas sebenarnya sudah tertulis di FB saya. Cukup banyak respon yang ditulis oleh beberapa teman. Ada yang sagalau saya dalam keinginannya memiliki rumah. Ada yang menyarankan untuk nekat membeli dengan modal dan pertimbangan seadanya. Ada yang memberikan beberapa solusi agar dapat memiliki rumah yang cukup layak dan dapat memenuhi sebagian besar (jika tidak dapat semua) pertimbangan-pertimbangan di atas. Doain saya, ya. Agar dapat memiliki rumah sendiri yang memenuhi pertimbangan-pertimbangan di atas. Aamiin.

Jadi, apa pertimbangan kalian dalam mewujudkan keinginan memiliki rumah sendiri?

Saturday, May 25, 2013

Yeay.. Belajar Makan..

Saya sudah mengumpulkan berbagai resep MPASI untuk persiapan Afiqah belajar makan padat pertamanya. Saat Afiqah berusia 6 bulan, kami memang sedang melakukan perjalanan Jakarta - Kuala Lumpur - Kota Kinabalu. Jadi, kami memutuskan untuk memundurkan waktu belajar makan-nya Afiqah. Karena kami fikir saat itu kami memprioritaskan penyesuaian Afiqah terhadap trip itu sendiri (trip akan diceritakan terpisah).
Pilihan pertama saya jatuh pada biskuit Farley. Menurut rekomendasi beberapa teman, biskuit ini teksturnya lebih lembut dibanding biskuit lainnya. Saya campurkan biskuit Farley dengan susu Formula-nya. Alhamdulillah lahap makannya. Semoga dengan mulainya makan makanan padat, Afiqah akan berkurang ketergantungan pada susu formulanya.

^_^

Saturday, April 6, 2013

She is 5 months old now!

Akhirnya saya merelakan untuk Afiqah minum susu formula. Ini keputusan yang amat sangat sulit buat saya. Butuh waktu sebulan observasi Afiqah dan mempersiapkan mental. Alhamdulillah ASI saya masih keluar, jadi saya ASI saya masih cukup untuk menyusui Afiqah secara langsung. Namun hasil pompa ASIP tidak sebanding dengan kebutuhan Afiqah selama saya di kantor. Kenapa akhirnya saya memutuskan untuk mencampur asupan Afiqah antara ASI dan Susu Formula?

1. Selama 1 bulan sejak saya kembali aktif di kantor, semua stock ASIP yang saya kumpulkan selama saya cuti melahirkan (3 bulan) habis tak bersisa. Sehingga, sejak Afiqah berumur 4 bulan, yang saya pompa di kantor pada hari ini untuk diminum Afiqah esoknya.

2. Total ASIP yang bisa saya hasilkan dengan memompa selama tidak disusui oleh Afiqah secara langsung adalah = 580 ml - 650 ml, dengan perincian sebagai berikut :
 a. Jam 2 pagi = 50 ml
 b. Jam 5 pagi = 50 ml
 c. Jam 8 pagi = 60 ml
 d. Jam 1 siang = 150 ml
 e. Jam 4 sore = 150 ml
 f. Jam 8 malam = 70 ml
 g. Jam 10 malem = 50 ml

3. Jumlah kebutuhan Afiqah selama saya tinggal ke kantor adalah 7 x 100 ml = 700 ml, maksimal 7 x 120 ml = 840 ml

4. Metode pemberian ASIP pada Afiqah biasanya adalah 1 botol @50ml setiap kali minum. Menurut orang tua saya, setelah 1 botol habis, Afiqah masih suka menangis. Sudah dicoba diganti popok dan bajunya, sudah coba dinyalakan pendingin ruangan, masih menangis. Namun, jika diberikan ASIP 1 botol @50ml lagi, baru dia diam.

5. Tidak mungkin saya tega mengetahui anak saya kekurangan asupan, hanya karena saya egois menerapkan keinginan saya untuk ASIX.

6. Saya sudah mencoba memakan semua makanan dan minuman yang dianjurkan oleh orang tua, dokter, artikel internet, ibu-ibu di milis ASI. Bahkan saya juga sudah 2 kali ke konselor laktasi. Hasilnya adalah memang ASI saya lancar, namun payudara saya menghasilkan ASI yang banyak tapi tidak melimpah. Terlebih melihat kemampuan menyusu Afiqah yang cukup banyak. Itulah mengapa hasil pompa saya selama di rumah tidak dapat banyak, karena sisanya memang sedikit setelah disusu langsung oleh Afiqah.

Apapun itu, alhamdulillah Afiqah tetap sehat dan ceria. Sekarang Afiqah sudah mulai lancar merangkak, walau masih kadang tangannya terjatuh. Semangat sayangnya papa mama! 

^_^

Saturday, March 23, 2013

Sudah 4 bulan.. Dan stock ASIP pun habis.. :'(

Sebulan kerja setelah selesai cuti melahirkan sungguh luar biasa. Penyesuaian kembali terhadap coding dan logsheet setelah 3 bulan tidak menyentuhnya. Alhamdulillah punya rekan-rekan kerja yang luar biasa membantu mengembalikan otak dan konsentrasi ke pekerjaan. Namun, tentu ritme penyesuaian yang saya alami harus disertai dengan berlari mengejar ketertinggalan yang cukup banyak. Hal baru yang saya temui di kantor adalah adanya seorang programmer baru yang direkrut ketika saya masih dalam masa cuti melahirkan.

Penyesuaian lain adalah adanya aktifitas pompa ASI selama di kantor. Karena saya belum tahu bagaimana menyelipkan aktifitas ini di sela jam kerja, jadwal pompa ASI adalah pagi menjelang jam 8 pagi dan pada saat istirahat makan siang (setelah makan siang). Pompa di minggu pertama tidak terlalu banyak, mungkin karena tegang menghadapi saat pertama penyesuaian terhadap pekerjaan. Apalagi mendengar laporan dari uti dan akungnya Afiqah kalau Afiqah bisa menghabiskan 6-7 botol ASIP sehari. Alamaaak, lahap betul minumnya. Jadi kalau kata orang dulu anak perempuan minum ASI nya gak banyak, terbukti mitos yaaa.. :P

Minggu kedua lumayan meningkat, sehari bisa mompa total 2 botol @ 100ml. Dan di akhir bulan, ternyata stock ASIP di kulkas rumah dan rumah mama pun habis. Akhirnya merasakan juga apa yang pernah diobrolin di milis ASI, kejar tayang. Mompa hari ini untuk diminum besok. Semangaaat..

Sunday, February 3, 2013

3 bulan. Cuti sudah habis. Hiks

Satu bulan terakhir sungguh tak terasa. Terlebih karena situasi kejar-kejar-an stock ASIP dengan waktu. ASIP di freezer sudah mencapai 60 botol @ 10 - 60 ml. Alhamdulillah. Persiapan untuk pompa ASI di kantor pun sudah lengkap. Bismillah, semoga lancarr jaya.

Perlengkapan pompa ASI saya terdiri dari :
1. 1 set Pompa ASI manual (hasil lungsuran temannya kakak)
2. 1 buah mini cooler box
3. 1 buah ice cooler
4. 2 buah blue ice gel
5. Beberapa botol dengan penutup karet untuk menyimpan ASI.

Selama 3 bulan cuti, saya sudah mengkondisikan Afiqah dengan keadaaan saya yang nantinya harus kembali bekerja dan menitipkan Afiqah di rumah mama. Jadi setiap jam 7 pagi, setelah Ibas berangkat kerja, saya  membawa Afiqah ke rumah mama dan memandikannya di sana. Setelah mandi, disusukan selama 30-60 menit. Jika setelahnya ia tidak rewel atau malah tertidur lagi, maka saya kembali pulang ke rumah untuk beres-beres rumah. Mama akan mengambil alih menjaga Afiqah hingga ia bangun dan meminta ASI kembali. Ritual ini saya lakukan sepanjang hari (pagi - sore) setiap hari Senin-Jumat. Ketika hari Sabtu dan Minggu saya akan lebih banyak menghabiskan waktu bersama Afiqah di rumah sendiri.

Hal yang membuat saya agak cemas tentang jam pumping ASI di kantor. Alhamdulillah, kantor saya menyediakan ruangan meeting yang cukup nyaman untuk pegawainya memompa ASI selama di kantor. Menurut pegawai yang pernah melakukan pompa ASI, dia bisa 2-3 kali memompa ASI selama di kantor, selama ruangan meeting tidak digunakan untuk rapat atau seleksi pegawai. Namun, mengingat pekerjaan saya sebagai programmer yang membutuhkan perhatian dan waktu yang tidak sedikit, saya jadi ragu dapat meluangkan waktu 3 kali untuk pompa. Semoga Allah memudahkan. Aamiin. Bismillah.

^_^

Friday, January 4, 2013

Sudah 2 bulan, ya nak?

Tidak terasa sudah 2 bulan. Banyak kejadian yang terjadi, dari peristiwa kebakaran di sekitar rumah 2 hari sebelum Afiqah lahir, sampai kepergian Mbah Nur tersayang.

Selama 2 bulan ini, siklus tidur saya luar biasa menantang. Saya memilih untuk tidak memakaikan Afiqah diapers karena masih terlalu kecil dan kasihan dengan kulitnya yang masih sangat sensitif pastinya. Jadi otomatis, saya terbangun tiap kali Afiqah menangis karena popok kainnya basah. Belum lagi kalau ia terbangun karena haus, saya juga harus bangun untuk menyusuinya. Saya sudah dapat mengenal siklus tidur, pipis / pup, dan nenen nya Afiqah. Dalam sehari, ia pipis 7 - 10 kali, pup 3-5 kali, tidur pada siang hari biasanya sebelum jam 12 siang (1-2 kali, @ 20 - 60 menit), dan nenen pada waktu tak berbatas (alias sangat sering sekali).

Selain siklus tidur / istirahat saya yang luar biasa menantang, usaha saya untuk mengumpulkan stock ASIP (ASI Perahan) juga butuh perjuangan yang luar biasa. Bagaimana tidak, Afiqah minum ASI langsung (nenen) sangat sering sekali. Tiap kali nenen, dia bisa menghabiskan waktu hampir 1 jam pada PD (payudara) kanan dan kiri. Sehingga saat saya mau merah ASI, sudah hampir tidak ada sisa. Ditambah saya yang saat ini belum jago merah ASI menggunakan alat bantu. Saya sudah coba ganti alat bantu dari yang manual ke elektrik. Sudah coba juga metode marmet alias perah langsung tanpa alat bantu. Keduanya tidak banyak membantu.

Saya mencari info di milis khusus ASI. Saran yang akhirnya cukup membantu adalah saya lebih sering memerah ASI. Sebelumnya saya memerah hanya 3 kali, setelahnya saya jadwalkan minimal 5 kali. Saya usahakan dapat memerah 3 - 4 kali pada waktu pagi hingga sore, dan sekali sekitar jam 8-9 malam (saat Afiqah baru saja tidur), dan sekali jam 11 malam (biasanya Afiqah baru bangun sekitar jam 1 pagi). Hasilnya saya berhasil mengumpulkan 30 botol @ 10-50 ml. Buat saya, itu adalah pencapaian yang luar biasa.
Setelah saya lebih sering memerah, alhamdulillah hasil tiap kali perah makin banyak.

Semangat!!

^_^