Thursday, November 12, 2015

Kapan mau punya anak lagi?

Belakangan ini saya mengalami yang biasa seorang ibu beranak 1 alami. 
Orang-orang di sekeliling mulai bertanya : 
"Afiqah umurnya berapa?" 
"Wah, mau 3 tahun ya?"
"Afiqah belum punya adik?"
"Afiqah udah cocok tuh buat punya Adik." 
"Kenapa nunda-nunda, sih?"
"Umur kamu jalan terus, loh. Emang mau punya anak di usia lanjut?"
dst.. dst...

Sudah siapkah punya anak lagi? Justru pertanyaan itu yang saya tanyakan pada diri saya, bahkan sebelum ada pertanyaan-pertanyaan di atas dari orang lain. Saya dan Ibas selalu sepakat soal jumlah dan kapan mau punya anak, alhamdulillah. Dulu menjelang menikah, kami sepakat tidak berusaha menunda punya anak. Alhamdulillah, Allah SWT langsung mempercayakan sebulan setelah kami menikah dan Afiqah lahir 38 minggu kemudian. :) Kehamilan pertama saya alhamdulillah tidak banyak drama, selain adanya miom jinak. Rasa mual saya rasakan hanya sebulan saat masuk minggu ke 8 - 12. Sempat khawatir ketika pada minggu ke 13, dokter menemukan adanya miom di dalam rahim saya. Kekhawatiran bertambah ketika bulan berikut miom membesar dengan cukup cepat. Namun, setelah mendapat dokter yang tepat (karena diagnosa dan saran-sarannya yang menenangkan), kehamilan pertama saya sangat menyenangkan. Kelahiran Afiqah pun tidak banyak drama. Karena adanya miom yang sangat besar (diameter 11 cm, berat 3 kg), keputusan caesar memang sudah kami persiapkan. Kelahiran Afiqah membawa kebahagiaan yang tak terkira buat saya dan Ibas. Intinya adalah saya tidak trauma untuk hamil dan melahirkan lagi, kalau tidak mengingat mahalnya biaya kedua operasi (bayi dan miom) saat itu. :P

"Semua anak khan punya rezeki masing-masing."

Betul sekali. Kami juga sangat percaya hal itu. Mana mungkin kami berani tidak percaya akan rezeki Allah SWT. Tapi kami juga percaya bahwa "tidak akan berubah suatu kaum sebelum mereka merubah diri mereka sendiri". Artinya kami juga cukup tahu diri untuk mengukur kemampuan kami. Buat kami seorang atau berapa orang anak, amanah yang luar biasa besar tanggung jawabnya. Kami tidak mau memberi rezeki seadanya bahkan kurang pada anak (-anak) kami. Rasanya kami akan sangat berdosa kalau membuat mereka kekurangan. Seorang anak tidak dapat memilih orang tua seperti apa, namun kami bisa memilih mau menjadi orang tua seperti apa untuk anak kami.

"Afiqah sudah 3 tahun, sudah cocok lah buat punya adik."

Alhamdulillah umur Afiqah sudah 3 tahun. Pada umumnya memang sudah cukup jarak usianya jika adiknya direncanakan lahir tahun depan. Namun, kami (khususnya saya) merasa belum cukup waktu saya menimang-nimang Afiqah. Waktu saya sehari-hari yang dipotong untuk bekerja di luar rumah, rasanya belum cukup banyak untuk Afiqah. Walaupun ketika weekend dan hari libur tiba, semua waktu saya untuk Afiqah dan keluarga. Saya merasa masih perlu waktu lebih banyak lagi untuk dapat lebih lengket dengan Afiqah, sebelum adiknya lahir. Karena saya juga paham bahwa ketika adiknya lahir, perhatian saya harus terbagi. Saya percaya kasih sayang seorang ibu akan sama rata untuk semua anak-anaknya. Namun, saya juga realistis, tentunya waktu akan lebih banyak ke anak yang lebih kecil karena belum mampu melakukan apapun sendiri. Harapan saya ketika Afiqah sudah cukup siap mental saat punya adik, dia akan lebih pengertian, atau bahkan mungkin sudah dapat membantu saya. Sehingga saya tidak terlalu lelah jasmani dan rohani yang dapat membuat saya khilaf berkata dengan nada tinggi ke Afiqah. Sekali lagi, saya menyadari kemampuan saya. Rasanya tidak sanggup bila nanti saya sedang mengurus adiknya, lalu Afiqah merengek minta diperhatikan juga. Tidak sanggup hati melihat Afiqah seolah merasa 'disingkirkan' dan saya akan merasa dilema.

"Umur kamu jalan terus, loh. Emang mau pas umur 40 tahun masih kejar-kejar anak balita?"

Kami (terutama saya) sangat paham tentang keadaan ini. Secara biologis, hamil dan melahirkan pada saat usia di atas 40 tahun memang lebih beresiko. Allah SWT Maha Penyayang. Saya yakin, umur berapa-pun nantinya saya memiliki anak, Allah pasti akan menjaga saya. Rencana kami memang akan kembali memiliki anak sebelum usia 40 tahun, semoga rencana Allah sama dengan kami. Amiin.

"Tambah anak sekarang saja. Mumpung kamu masih kuat cari duitnya dan mama kamu masih cukup kuat untuk jaga anak kamu".

Subhanallah memang kalau mendengar komentar yang ini. Seolah-olah saya sengaja meminta mama saya khusus untuk menjaga Afiqah. Demi Allah, itu tidak benar. Saat ini kalau boleh jujur, saya terpaksa meminta bantuan mama menjaga Afiqah. Kami sekeluarga sepakat untuk tidak mempercayakan Afiqah 100% kepada baby sitter.

Jadi, tanpa kalian tanya pun, saya sudah bertanya kok kepada diri saya kapan siap punya anak lagi.
Allah yang Maha Tahu apa yang baik untuk umatnya. Saya yakin. Bismillaahiraahmanirrahiim.

^_^