Sunday, July 29, 2012

Trimester Kedua

Minggu ke 13 - 16
Mulai minggu ini saya lebih concern kepada miom yang ada di dalam rahim saya. Karena harus dipastikan bahwa miom tersebut tidak mengganggu janin yang sedang saya kandung. Hingga minggu ke 16, Alhamdulillah janin yang sedang saya kandung berkembang dengan baik.

Minggu ke 17 - 20
Pada bulan ini diketahui bahwa miom yang ada di dalam rahim saya mulai membesar. Menurut dokter tidak ada yang bisa dilakukan untuk menyetop perkembangan miom atau memperkecil ukurannya. Yang bisa dilakukan adalah hanya memonitor bahwa janin dalam keadaan baik dan berkembang dengan semestinya.
Saat itu saya sih belum merasakan apapun di perut saya. Bahkan ukuran perut saya hanya ada gundukan kecil, dan belum terlihat seperti orang hamil. Jadi saya dan Ibas masih sanggup untuk berjalan-jalan ke Jogja selama 3 hari. :)

Minggu ke 21 - 24
Ukuran perut saya mulai membuncit. Tapi karena saya hampir tidak pernah menggunakan pakaian / kaos yang melekat di badan, sehingga orang umum belum menyadari bahwa saya sedang hamil. Hehehe.
Namun pada minggu ke 23, tiba-tiba saya merasakan  nyeri yang sangat pada perut bagian bawah dekat vagina, seperti sakit sedang haid yang dulu sering saya alami. Naasnya, saat itu hampir semua dokter kandungan di Jakarta sedang di Bali untuk mengikuti konferensi dokter kandungan se-Indonesia, termasuk dokter di klinik bersalin yang biasa saya datangi.
Bahkan rumah sakit pemerintah sebesar RSCM pun tidak ada dokter spesialis kandungan yang praktek. Saya malah disuruh menginap ke UGD dulu sampai dokter kembali dari Bali. Tentu saja saya menolak. Hanya membuang waktu dan biaya, karena dokter jaga atau suster yang ada pun tidak dapat melakukan tindakan yang hanya dapat dilakukan dokter spesialis kandungan jika terjadi sesuatu terhadap saya dan kandungan saya.
Malam itu juga, saya dan suami browsing semua rumah sakit di Jakarta yang menyediakan praktek dokter kandungan. Dari 20 Rumah sakit yang kami tlp, 19 diantaranya mengatakan hal yang sama, yaitu dokter spesialis kandungan mereka sedang ke Bali, dan menyuruh saya untuk datang 3 hari kemudian saat dokter itu pulang. Damn, mana bisa saya menunggu selama itu. Memangnya mereka mau tanggung jawab kalau terjadi apa-apa dengan saya dan kandungan saya?
Alhamdulillah ada 1 Rumah Sakit yang menyediakan dokter praktek, yaitu RSIA Tambak. Ada 2 dokter yang praktek pada malam itu dan besoknya. Namun 1 dokter akan berangkat ke Bali malam itu juga setelah selesai praktek dan saya tidak mungkin sempat mengejar jadwal praktek dokter tersebut. Akhirnya saya membuat janji untuk menemui dokter yang satunya lagi, yaitu dr. Reino Rambay. Alhamdulillah. Dari hasil usg fetomaternal dan penjelasan dari dr. Reino, diketahui bahwa sakit yang saya derita itu bukan karena miomnya. Tapi, karena tali pusarnya menutupi jalan lahir, dan sering kesenggol oleh bayi yang saya kandung.
Allah SWT memang Maha Berkehendak. Saya sengaja dipertemukan oleh dr. Reino saat saya memang didiagnosa memiliki Miom di dalam rahim saya. Beliau menyarankan saya untuk berhenti mengkonsumsi kacang kedelai dan semua olahannya, agar pertumbuhan miomnya dapat dihentikan. saya memang sangat suka mengkonsumsi tempe dan tahu, dan selalu ada di menu makanan saya setiap hari. Terbukti, sebulan setelah saya berhenti mengkonsumsi tempe dan tahu, ukuran miom saya tidak bertambah besar. Selain olahan kedelai, tentu saja saya harus menghindari JunkFood, makanan mentah, dan selalu mengkonsumsi buah dan sayur.