Wednesday, September 7, 2016

Juli 1996 - Juli 2016

Baru sadar tahun ini sudah 20 tahun saya (masih) belajar menutup aurat. Dengan perjalanan yang bagi saya pun tak mudah, menutup aurat di negara yang walaupun mayoritas Islam, namun (dulu) masih sedikit yang menutup aurat.
Pertama kali saya belajar menutup aurat memang dalam kondisi yang masih disuruh karena saya menjalani pendidikan tingkat tsanawiyah di pesantren putri yang mengharuskan semua santrinya menutup aurat. colek teman-teman se-asrama dan se-pesantren (yang gak mungkin di tag semua). Jujur saat itu, saya menggunakan penutup kepala dan pakaian yang lebih panjang hanya sebatas mengikuti yang diperintahkan dan belum memaknai lebih mendalam.
Ketika lulus tsanawiyah dan smp kemudian melanjutkan ke sma negeri, dimana tidak semua siswi menutup aurat, saya mulai mempertanyakan diri saya sendiri, apakah saya siap dengan keadaan yang berbeda dengan kebanyakan siswi lain. Hati kecil saya yang paling dalam meyakinkan diri saya untuk meneruskan apa yang sudah saya mulai. Insya Allah semua akan mudah. Tentu, banyak hal-hal yang mengharuskan saya menyesuaikan diri. Dimana sebelumnya teman-teman saya sekelas, 1 sekolah bahkan 1 pesantren adalah perempuan semua, kini saya bersekolah dengan lawan jenis juga. Saya ingat pernah sangat terkejut saat teman saya (laki-laki) memanggil untuk meminjam alat tulis. @siti aminah mungkin juga masih ingat ini. Pernah juga seorang teman (laki-laki) bertanya kepada saya dan teman sebangku saya (@feybi) yang juga berjilbab, apa alasan kami memakai jilbab. Itulah pertama kalinya ada yang mempertanyakan alasan saya memakai jilbab. Saat itu saya terus terang tidak dapat menjawab pertanyaan itu. Namun, setelah itu saya lalu mencari jawabannya di dalam diri saya. Perlu waktu hingga 2 tahun sampai saya meyakini alasan saya menutup aurat, karena itu salah satu yang diperintahkan agama yang saya yakini kepada wanita (baligh) yang harus saya ikuti. Pernah juga beberapa orang yang mempertanyakan kenapa wanita berjilbab ada memiliki kelakuan tidak baik. Buat saya jilbab memang sebagai salah satu hal yang bisa menjaga saya dari perbuatan tidak baik. Misal karena saya berjilbab, saya akan lebih malu untuk merokok / minum minuman beralkohol / 'dugem' atau tindakan lainnya. Namun jika masih ada wanita berjilbab yang melakukan itu, bukan jilbabnya yang salah, wanita tersebut yang mungkin belum paham esensi menutup aurat. Sama hal-nya dengan sholat yang bertujuan untuk mencegah perbuatan keji dan munkar. Kalau ada orang rajin sholat namun tetap membunuh atau melakukan tindak kriminal lainnya, bukan berarti orang itu tidak boleh sholat. Sholat itu wajib untuk semua umat Islam. Sama seperti menutup aurat untuk wanita Islam (baligh). Jadi jangan bilang "gpp gw gak berjilbab yang penting rajin sholat". Untuk perempuan (baligh) beragama Islam, menutup aurat dan sholat tidak bisa diperbandingkan. Sama-sama wajib.

Dalam menutup aurat, saya juga jadi melihat lagi ke belakang bagaimana proses belajar saya. Dulu yang saya tau cukup menutup badan dan kepala dengan pakaian agar rambut, leher, tangan, dan kaki yang dulu sering terbuka menjadi tertutup. Lalu kemudian saya belajar bahwa pakaian pun dipilih yang tidak pas di badan alias longgar. Juga saya belajar bahwa penutup kepala dipilih yang juga menutup bagian dada. Tentu sampai saat ini saya masih terus belajar untuk semakin baik dan sesuai syari'ah. Alhamdulillah dapat pendamping yang juga mendukung hal ini. colek @basuki Saya ingat pernah dia tegur karena memakai dress hingga lutut lalu dipadukan dengan celana legging yang ketat untuk menutup betis ketika akan pergi menghadiri undangan.

Jadi kalau kamu ngaku wanita yang beragama Islam, jangan takut untuk menutup aurat. Yuk, sama-sama belajar. :)

No comments: